Awalnya Supriadi tidak sengaja membuka usaha kuliner sate padang.
Sebelumnya beberapa jenis pekerjaan sudah dilakoninya demi menafkahi
keluarganya.
Ia mengaku, awalnya bekerja di bidang entertainment
yang menyuguhkan hiburan bagi warga sekitar. Namun, karena musibah gempa
yang terjadi di Padang beberapa tahun silam, permainan hiburan dilarang
oleh pemerintah daerah setempat. Ia pun mencoba merantau ke Bangka. Di
sinilah awal kehidupannya berkembang meski modal awal dari nol. Setelah
sekian lama di Bangka ia pun membaca peluang usaha.
"Saat datang
ke sini, tidak ada warung sate padang. Untuk itulah dengan bantuan
teman-teman membuka usaha ini kecil-kecilan. Dan Alhamdulillah banyak
yang suka," ujarnya seperti dilansir Tribunnews.
Suami
dari Purwanti ini pun meminjam uang ke koperasi untuk mengembangkan
usahanya. Lambat laun usahanya kini telah memiliki pelanggan tetap.
Bahkan, kini ia tidak hanya menyajikan sate padang saja, melainkan
ketupat sayur khas Padang.
"Kalau ketupat sayur ini sekitar 100
porsi habis. Berbeda dengan ketupat sayur biasanya, ketupat sayur khas
Padang ini menonjolkan kuahnya yang terdiri dari daging sapi cincang
ditambah dengan sayuran nangka muda dan kacang buncis," jelas ayah tiga
putra ini.
Sampai sekarang ia belum berniat pulang kampung. Namun,
niat kuatnya kembali ke Padang setelah dia benar-benar berhasil. Meski
kini ia memperoleh omzet yang lumayan dari penjualan sate padang dan
ketupat sayur yakni sekitar Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta per hari.
"Sebetulnya
memasak bukan hobi saya, karena saya hobi di musik. Namun karena
tuntutan untuk keluarga mau tidak mau saya harus belajar. Makanya dengan
bantuan teman-teman dan keluarga yang mendukung penuh, saya harus bisa
menjalani usaha ini," tuturnya yang menamakan Sate Padang Jo diambil
dari nama putra ketiganya, Jovio.