Menjadi pengusaha tak harus dimulai dengan modal besar dan sarana
lengkap. Justru dengan kondisi yang seadanya akan menempa seseorang
lebih peka dan kreatif.
Seperti yang dilakukan Alvi Zein, yang
berani memulai usaha dengan membuat ternak bibit lele di desa
Karangsari, Tanggulrejo, Tempuran, Magelang Jawa Tengah. Ia membuat
kolam untuk pembibitan lele sejak 2006 hingga kini sudah berpenghasilan
lumayan.
Alvi menuturkan, ada 6 kolam yang ia gunakan hanya untuk
pembibitan saja, mulai dari lele layak kawin (induk) usia minimal 6
bulan dengan berat sekitar 1 kilogram per ekor. Lele induk tersebut akan
bertelur setelah dikawinkan dalam suasana media kolam air bersih dan
beralas ijuk.
Biasanya satu jantan akan mengawini dua betina dalam
satu malam, yang kemudian waktu pagi subuh sudah bertelur sekaligus
sudah dibuahi oleh pejantan. Induk lele yang berkualitas bagus akan
bertelur minimal 50 ribu bibit. Dalam hal ini keluarga Alvi berternak
lele dumbo jenis phyton, sebagaimana puluhan peternak di kecamatan
tersebut.
Pembibitan ini butuh waktu sekira 2-3 minggu kemudian
siap dipanen. Berbeda dengan ternak lele dewasa akan membutuhkan waktu
kira kira 2 bulan untuk memanennya. Jika memiliki induk lele phyton
bagus maka peternak bisa panen 2-3 kali dalam sebulan. Sekali panen,
bisa mendapat pendapatan antara Rp 1 hingga Rp 2 juta per satu ekor
induk. Itulah makanya masyarakat di kecamatan Tempuran banyak yang
menekuni ternak pembibitan lele hingga terkenal di Jawa Tengah.
Bibit
lele phyton ini biasanya sudah dijemput oleh tengkulak ke kolam
peternak. Ada beberapa jenis ukuran yang sudah difahami dan disepakati
antara pembeli dan peternak bibit lele. Jika satu induk bisa
menghasilkan Rp 1-2 juta per 2 minggu, betapa besar dengan peternak
yang memiliki banyak induk yang bisa dikawinkan dalam satu malam.
Dan
lagi, jika peternak tidak memiliki induk dalam jumlah banyak, maka
tersedia juga pejantan atau induk sistem sewa. Satu ekor induk hamil
disewakan Rp 10 ribu dijamin sukses kawin.
Misalnya untuk ukuran
terkecil bb, tt dan rete. Ukuran bibit menengah 2-2, 2-3, 3-4 dan
untuk ukuran besar 4-6, 5-7, 6-8, 7-9, 9-12. Biasanya tengkulak
mengambil ukuran rete dan tt. Untuk ukuran bibit lele sekecil tt
dihargai Rp 10 per ekor atau Rp 80.000 per kilogram.
Jenis makanan
untuk bibit lele juga disesuaikan dengan umurnya. Misalnya bibit lele
umur 0-10 hari makannya cacing sutra. Bibit lele umur 10-20 hari diberi
makan pelet bubuk (fengli). Semua bibit itu masih seukuran kecebong
hitam.
Dalam hal pemilahan ukuran bibit lele, si peternak
menggunakan ayakan. Yang kecil tak boleh dicampur dengan yang besar
karena akan terjadi kanibalisme. Bibit yang besar akan makan bibit kecil
dan hal ini akan merugikan peternak bibit lele itu sendiri. Maka
peternak bibit harus melakukan pemilahan dengan ayakan saat usianya
masih kurang dari 10 hari agar tidak terjadi kanibalisme oleh plenthong
atau bibit yang tumbuh lebih cepat dari yang lainnya.
Di tempatnya
beternak itu, sudah ada paguyuban peternak bibit lele dan pernah
mendapat penyuluhan dari pemerintah. Bahkan pinjaman bergulir juga
pernah diraihnya untuk pengembangan ternak bibit lele. Tapi kebanyakan
peternak lebih suka mandiri.
Kesulitan yang dihadapi justru dari
media air bersih itu sendiri. Maklum di daerah ini cukup sulit
mendapatkan air bersih. Maka peternak bibit lele berharap bantuan
pemerintah atau partner untuk membuatkan sumur bur demi kelancaran
produksi. Terkait pasokan induk bibit unggul dan suplai makanan yang
pernah diajukan oleh kelompok ternak hingga kini belum terwujud.