Tandri Kurniawan pada tahun 2000 merantau dari Pekanbaru, Riau ke
Bandung, Jawa Barat. Ia memulai bekerja sebagai office boy di salah satu
hotel di Bandung.
Namun pendapatan tidak cukup, lalu banting
setir menjadi petani jamur. Berawal dari coba-coba menanam jamur di
dalam rumah, lalu memberanikan diri untuk menyewa satu bilik bambu untuk
berkebun jamur.
"Tahun 2005 saya memutuskan untuk berhenti
bekerja di hotel lalu menetapkan usaha jual jamur tiram. Awalnya nanam
jamur di dalam rumah, ternyata bisa jadi peluang saya menyewa satu bilik
bambu berisikan 12.000 log dengan sewa Rp 3,7 juta per tahun," ucap
Tandri di Jakarta, Rabu (19/3/2014), dikutip dari detikfinance.
Tandri
mengungkapkan, namun karena sebagai petani jamur, pemasaran tergantung
oleh tengkulak yang mengumpulkan jamur petani lalu di jual ke pasar.
"Di
tengkulak inilah harga jamur di pasar tinggi, tapi di petani sangat
rendah, di petani harganya hanya Rp 1.000-Rp 1.500 per Kg, tapi harga
dipasar Rp 6.000-Rp 7.000 per Kg, artinya yang paling untung
si-tengkulaknya," katanya.
Untung yang tipis inilah yang membuat
Tandri memikirkan cara bagaimana mendapatkan untung lebih banyak
daripada menjual mentah jamur hasil produksinya. Akhirnya pada 2011 ia
memutuskan untuk mengolah jamurnya menjadi kripik jamur.
"Awalnya
kita coba-coba olah jadi keripik, tapi beberapa kali coba selalu gagal
ya lembek setelah digoreng, atau terlalu keras kripiknya termasuk
bumbu-bumbunya yang kurang pas. Saya cari terus resep bumbunya, terutama
yang ada diinternet, akhirnya dapat resep yang pas," ucapnya.
Namun setelah mendapat resep yang pas dan produk keripik yang gurih dan renyah, dirinya bingung, pasalnya kemana dirinya memasarkan produk keripik jamurnya.
"Saya dilema, rumah tinggal saya berada di dalam
gang sempit, tidak punya toko jualan, namun ternyata dengan
mengandalkan penjualan online terutama social media dan BBM grup,
keripik ini mulai dikenal pasar," katanya.
Saat ini Tandri mengaku
dapat menjual 1.000-1.500 bungkus per bulan keripik jamu yang dijual Rp
15.000-Rp 17.000 per bungkus keripik jamur. Ia juga mampu menjual 500
bungkus nuget jamur yang merupakan produk tambahan yang baru beberapa
bulan dijualnya.
"Keuntungan bersih saya sebulan menjual keripik
jamur mencapai Rp 4 juta. Dulu waktu jualan jamur ke tengkulak sebulan
keuntungan bersih saya hanya Rp 600.000," katanya.
Keuntungan
bersih Tandri ini jauh lebih baik dibandingkan dibandingkan masih tetap
jadi Office boy. Sebagai gambaran, UMK tahun lalu di Bandung sebesar Rp 2
juta/bulan.
Saat ini, Tandri sedang memfokuskan diri untuk
memperbesar jaringan usahanya dengan mendistribusikan keripik jamurkan
ke minimarket.
"Kita sedang fokus mengembangkan ke minimarket,
tapi itu butuh usaha lebih besar lagi, karena produksi kita saat ini
saja per hari 100-an bungkus per hari, itupun saya harus beli jamur dari
petani jamur teman-teman saya, karena produksi sendiri belum mencukupi,
sementara syarat dari minimarket kalau mau masuk jaringan mereka harus
produksi minimal 1.000 bungkus per hari," ungkapnya.
Tandri juga
membuka peluang kerjasama bagi masyarakat yang berminat untuk menjual
keripik jamurnya dengan potongan harga dari awalnya Rp 15.000/bungkus
menjadi Rp 10.000 per bungkus untuk setiap pembelian 10 bungkus keripik
jamur, atau Rp 17.000 menjadi Rp 13.000 per bungkus untuk kemasan
almunium foil.
Keripik jamur tiram Tandi dengan merek Azka
Mushroom terdiri dari 6 varian rasa, mulai dari original, keju,
barbeque, balado, pedas manis dan ekstra pedas.