Tumpukan kardus berukuran persegi panjang itu berjejer rapi di kamar,
sementara sepatu- sepatu berbaris di samping kardus tersebut. Ada yang
berbahan kanvas, ada yang kulit, dan ada yang suede. Warnanya
bermacam-macam: merah, hitam, dan bermotif catur.
Ekhi Ryan, sang
pemilik, lalu memilih sepasang sepatu yang sudah dipesan. "Untuk di-
packing," ujarnya sambil melihat smartphone di tangannya.
Ekhi
adalah pemilik toko sepatu online impor bernama Flavamerch limited.
Ditemui di rumahnya di Jalan Ahmad Yani, Bandung, Ekhi menuturkan,
awalnya ia tidak menyangka bisnis yang digeluti sejak lulus SMA itu bisa
menghasilkan omzet Rp 10 juta-Rp 30 juta per bulannya.
"Awalnya,
setelah lulus SMA, saya ingin sekali kuliah, tapi keadaan keluarga saya
sangat tidak memungkinkan untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan
karena alasan biaya. Karena itu, setelah saya dinyatakan enggak bisa
kuliah, saya meniatkan diri untuk mempunyai usaha. Walaupun hanya
lulusan SMA, saya merasa yakin akan bisa sukses seperti orang lain yang
lulusan S1," ujarnya.
Karena niat yang besar untuk bisa sukses
itulah ia mulai berpikir untuk menjalankan bisnis sendiri. "Saya memulai
bisnis saya dari hobi. Saya awalnya hobi pesan-pesan barang dari
Amerika seperti kaus, CD, dan barang-barang lainnya. Lama-kelamaan,
banyak teman juga yang ingin barang-barang seperti itu dan saya mulai
berpikir kalau ini dijual mungkin akan memberikan keuntungan yang
lumayan. Setelah itu saya mulai melakukan jual-menjual di situs
jual-beli populer. Menjual barang pribadi seperti CD musik dan kaus
band. Lama-kelamaan banyak peminatnya," katanya.
Setelah menjual
barang pribadi, ternyata ia mendapatkan ilham untuk menjual barang yang
lebih cocok bagi selera pasar. "Bulan Mei 2012 saya mulai serius di
bisnis ini. Dengan modal awal Rp 3 juta, saya memesan barang-barang
seperti sepatu dan kaus dari Amerika dan ternyata banyak peminatnya.
Modal itu dari uang tabungan hasil kerja sebagai karyawan abal-abal.
Alhamdulillah, banyak peminatnya. Banyak anak-anak kuliah beli ke saya.
Dari sejak itu, usaha saya berkembang," ujarnya.
Pada mulanya,
kata Ekhi, banyak yang tidak percaya bahwa keinginannya untuk
menghasilkan uang seperti kawan-kawannya yang lulusan S1 bisa tercapai.
"Saya waktu itu kekurangan modal. Saya ajak teman untuk joinan (kerja
sama), tapi teman saya malah bilang, ga mau kalau sama kamu mah, enggak
akan bener. Gitu katanya," katanya.
Ekhi pun pernah menjadi
pramusaji di salah satu pusat perbelanjaan. "Pada saat diwawancara
kerja, saya ditanya oleh bos saya, kenapa kamu ingin jadi manajer? Kan
cuman lulusan SMA? Saya bilang, memang saya lulusan SMA, tapi kalo
cita-cita setinggi langit enggak apa-apa, kan?" katanya setengah
bertanya.
Pengalaman itu membuatnya yakin untuk tidak menyerah
dalam mencapai cita-cita. "Saya tidak membuat status lulusan SMA sebagai
ganjalan untuk sukses. Karena ada kemauan, ada niat pasti semua orang
bisa sukses. Walaupun itu lulusan SD, atau SMP, asalkan ada niat,"
katanya.
Sekarang, toko online-nya sudah mempunyai 2.000 klik like
di Facebook yang beralamatkan facebook.com/flavamerchlimited.
Konsumennya pun bermacam-macam. Ada yang dari Papua, Manado, Aceh,
hingga Malaysia. Selain itu, ia diajak bekerja sama oleh distro-distro
di Bekasi, Jakarta, dan Bandung dengan cara menitipkan barangnya di
sana.
Yang membedakan produknya dengan pesaing adalah ciri
khasnya. "Barang-barangnya sangat jarang dijual di Indonesia dan
saingannya sedikit karena tidak dijual di toko-toko seperti di mal- mal.
Jadi, barangnya benar-benar jarang dan pembelinya pun cukup antusias
walaupun harganya tinggi." kata Ekhi.
Ditanya apa perbedaan antara
toko online dan fisik, menurut Ekhi, bisnis online tidak dibebani biaya
toko dan biaya karyawan. Semua pekerjaan dilakukan sendiri. "Beli
barang sendiri, tinggal duduk di depan internet, beli, beli, beli, ga
usah capek akhirnya ya mengurangi biaya-biaya karyawan, toko. Cukup
sendiri aja dan itu bisa ke-handle," ucapnya.
Ia pun mengaku belum
berani buka toko karena sewanya sangat mahal. "Lagi pula, tidak
menjamin juga buka toko itu bisa lebih sukses. Karena kalau online itu
lebih luas jangkauannya," kata Ekhi.
Usahanya yang dirintis sejak
Mei 2012 itu kini telah menghasilkan laba bersih Rp 5 juta hingga Rp 10
juta per bulan. Ekhi membuktikan bahwa lulusan SMA pun bisa berbuat
banyak dan berpenghasilan setara dengan lulusan S1.
Ia pun
menyampaikan pesan kepada siapa pun yang ingin memiliki usaha sendiri,
entah online atau bukan, jangan pernah menyerah. "Asal ada niat, jangan
pernah menyerah. Jangan pernah takut untuk mencoba. Jadi, kalau misalkan
gagal sekali, coba lagi, jangan menyerah," ujar Ekhi.