Bisnis kuliner angkringan ternyata memiliki potensi menjanjikan dan omzetnya pun bisa benilai belasan juta rupiah.,
Salah satu yang jeli melihat peluang tersebut ialah Lutfi. Mendirikan angkringan di Pekanbaru, Lutfi bisa meraup omzet berkisar Rp18,2 juta hingga Rp26 juta per bulan. Padahal, usaha jajanan rakyat itu tergolong baru di Pekanbaru.
"Bahkan, saya bersiap untuk membuka cabang angkringan ketiga di Pekanbaru," kata Lutfi, yang mengelola "Anglo Angkringan".
Angkringan adalah tempat berjualan menggunakan gerobak dorong yang menjual berbagai macam makanan dan sejatinya merupakan jajanan khas di Yogyakarta.
Menurut Lutfi, kunci keberhasilan bisnis angkringan di daerah perantauan adalah mempertahankan orisinalitas. Intinya, bisnis angkrintan bukan sekedar menjual makanan khas seperti tempe bacem, nasi kucing hingga aneka minuman kopi dan wedang jahe.
"Selain makanan khas, bisnis angkringan juga harus menjaga khas tradisional Jawa seperti pelayanannya dan menjaga suasananya agar tercipta atmosfir nostalgia untuk setiap pengunjungnya," kata Lutfi.
Lutfi awalnya membuka satu angkringan di Jalan Melur, Pekanbaru, dengan sistem modal bersama dengan Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada di Pekanbaru. Bisnis tersebut kemudian berkembang, dan kini "Anglo Angkringan" membuka satu cabang lagi di Jalan Arengka, Pekanbaru.
Menurut dia, strategi bisnis angkringan dimulai secara sederhana yakni lewat promosi dari mulut ke mulut. Kini angkringan mulai memiliki pelanggan tetap dari kalangan komunitas, para perantau dari Jawa yang bekerja di Pekanbaru, hingga mahasiswa dan warga Pekanbaru yang masih berkuliah dan alumni dari universitas di Yogyakarta.