Buncis prancis atau yang juga sering disebut french bean merupakan
sayuran jenis kacang-kacangan yang mengandung protein tinggi. Meski
bukan asli negeri ini, tapi budidayanya makin digandrungi.
Buncis
yang satu ini dipercaya berasal dari daerah Amerika Tengah atau Amerika
Latin. Bentuk buncis prancis berbeda dengan buncis lokal yang kerap
disebut buncis TW. Bentuk buncis prancis lebih bulat dan ukurannya lebih
kecil, sedangkan buncis TW lebih pipih dengan ukuran diameter yang
lebih besar.
Kelebihan lainnya, buncis prancis punya kandungan
nutrisi yang lebih tinggi. Selain itu, rasanya lebih manis ketika
disantap. Tak heran jika permintaan pasar luar negeri akan buncis
prancis ini sedemikian besar. Hal ini diakui Yuri Prasetyo, pemilik
Surya Makmur Agrobis di Purbalingga.
Ia mencontohkan, Singapura
dalam satu hari membutuhkan minimal lima ton buncis prancis. Namun, Yuri
tidak bisa memenuhi permintaan tersebut. Hasil budidaya Yuri hanya
mampu memasok satu ton buncis prancis per hari ke Singapura. Secara
akumulatif, dalam satu bulan, ia bisa mengirim setidaknya 20 ton buncis
prancis.
Yuri menjual buncis prancis tersebut seharga Rp 8.000 per
kilogram. Saban bulan, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 160 juta dengan
margin keuntungan sekitar 15%-20%. Meski kebutuhan luar negeri
membeludak, permintaan buncis prancis di dalam negeri masih sepi.
Menurut Yuri, hal ini terjadi lantaran buncis prancis belum banyak
dikenal sebagai produk makanan yang bergizi di Indonesia. "Selain itu,
karena harga buncis prancis lebih mahal ketimbang buncis lokal," katanya
seperti dilansir Kontan.
Selain unggul sebagai tanaman komoditas
ekspor, buncis prancis juga punya kelebihan lain dibandingkan buncis
lokal. Yaitu, dari sisi budidayanya. Budidaya buncis prancis tidak
sulit. Sudah begitu, masa panennya pun lebih cepat ketimbang buncis
lokal.Yuri yang telah menggeluti budidaya buncis prancis sejak dua tahun
lalu menuturkan, masa panen buncis prancis hanya 45 hari setelah
ditanam. Bandingkan dengan buncis lokal membutuhkan waktu penanaman
selama 60 hari sampai masa panen.
Yuri juga memiliki strategi
budidaya secara khusus untuk memuhi permintaan ekspor dari luar negeri.
Maklum, saban hari ia harus mengirim 1 ton buncis prancis ke Singapura.
Agar kontinuitas produksi buncis prancisnya bisa tetap terjaga, Yuri
membagi lahannya menjadi dua. Lahan pertama seluas dua hektare dia
tanami dengan benih terlebih dahulu. Sementara, lahan kedua, yang juga
seluas dua hektare, dia tanami buncis dengan jarak waktu 20 hari
kemudian.
Ketika lahan pertama siap panen, Yuri akan memanen
buncis prancis sebanyak 30 ton selama sebulan. Setelah 30 hari, lahan
pertama sudah tidak produktif lagi. Pada saat itu, lahan kedua sudah
siap panen dengan produktivitas rata-rata sama. Dengan cara demikian, ia
bisa memenuhi permintaan klien setiap hari tanpa ada jeda.