Cengkeh sudah menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia. Karena
inilah cengkeh yang merupakan tanaman asli negeri ini, banyak
dibudidayakan di berbagai pelosok wilayah Indonesia terutama di
kepulauan Banda dan sekitarnya. Cengkeh bisa digunakan untuk banyak hal,
diantaranya adalah sebagai bahan campuran bumbu makanan, sebagai bahan
baku minyak cengkeh, dan juga campuran rokok kretek. Saat ini cengkeh
sudah menyebar dan merata, terbukti diberbagai daerah sudah mulai
membudidayakan pembibitan pohon cengkeh karena peluang usaha di komoditi
yang satu ini memang sangat terbuka. Ya, Peluang usaha pembibitan
cengkeh punya prospek cerah karena tingginya permintaan yang ada.
Di Indonesia sendiri, umumnya terdapat tiga jenis cengkeh yang biasa
dibudidayakan, ketiga jenis tersebut adalah Zanzibar, Sikotok, dan
cengkeh Siputih. Ketiga jenis cengkeh ini, menurut Tiono, salah seorang
petani dan pembibitan cengkeh asal Ngebel, Ponorogo, memiliki perbedaan
dan keunggulan masing-masing.
Peluang usaha pembibitan cengkeh saat ini, yang paling banyak
dibudidayakan adalah cengkeh jenis Zanzibar dan Siputih yang memang
merupakan cengkeh asli dan sudah turun temurun antar generasi. Terutama
jenis cengkeh Zanzibar, produktivitas cengkeh jenis ini sangat tinggi.
Bahkan pada panen pertama, jika pohon cengkeh memiliki perawatan yang
baik, bisa menghasilkan hasil panen yang bagus, sekitar setengah kilo
cengkeh basah per pohon. Sedangkan jenis cengkeh Siputih atau Putih,
memang kurang dalam hal produktivitas jika dibandingkan dengan Zanzibar,
namun cengkeh jenis ini cukup tahan akan hama dan penyakit. Saat ini,
harga cengkeh kering perkilo adalah 135 ribu hingga 250 ribu," katanya.
Saat ditemui di kediamannya, Tiono menuturkan, jika dirinya saat ini
lebih fokus dalam wirausaha pembibitan cengkeh Zanzibar dan menjualnya
kepada petani cengkeh dari berbagai daerah. Menurutnya, peluang usaha
pembibitan ternyata lebih banyak mendapatkan hasil, karena tidak perlu
menunggu musim panen cengkeh untuk mendapatkan uang. Hal pertama yang
meski dilakukan untuk pembibitan adalah dengan mendapatkan terlebih dulu
biji atau benih cengkeh yang diinginkan.
"Biji cengkeh yang akan dijadikan bibit harus dipilih terlebih dulu.
Biji yang bagus biasanya berwarna kuning muda hingga ungu kehitaman.
Biji tersebut juga tidak boleh ada cacat, tidak berlendir, dan ciri biji
yang bagus akan bersemai tepat tiga minggu. Untuk melakukan persemaian
ini saya biasanya menggunakan polibag kecil yang ditata di meja atau
bedengan". Tambah Tiono.
Setelah dua bulan, biji cengkeh tersebut akan tumbuh dan memiliki 4
hingga 7 helai daun. Tunas cengkeh ini kemudian siap dipindahkan ke
polibag. Namun demikian, jangan terlalu tergesa-gesa untuk segera
menjual, karena menurut Tiono agar menghasilkan pohon, cengkeh Zanzibar
masih memerlukan beberapa tahapan lagi.
Bibit Cengkeh sebelum dijual ke pasar, bibit cengkeh umur dua bulan
ini akan diseleksi oleh Tiono. Dia akan memilih bibit cengkeh dengan
daun berwarna hijau hingga hijau mengkilap. Selain itu, untuk bibit yang
ada bercak di permukaan daun, segera diambil dan di karantina. Tiono
mengaku, untuk penyemaian bibit cengkeh ini dia tidak menggunakan pupuk
kimia, dia hanya mencampur media dengan kompos dan tiap hari jika tanah
kelihatan kering, dia hanya akan memberikan air saja.
Bagi bibit yang lolos seleksi, kemudian akan saya pindah ke polibag
yang lebih besar untuk kemudian dirawat hingga satu musim sampai dua
musim. Umumnya, saat berusia dua musim, bibit cengkeh tersebut akan
memiliki tinggi sekitar 60 cm. Agar kelak menjadi pohon cengkeh yang
berkualitas, saya biasanya melakukan beberapa perawatan rutin, seperti
penyiraman, pengemburan tanah di polybag. Dan setelah usia 4 bulan lebih
bisa dilakukan pemupukan, dengan npk dan kompos.” Ujar pria yang juga
memiliki showroom bibit cengkeh di dekat telaga Ngebel ini.
Selain melakukan penyemaian dan pembibitan sendiri, Tiono kerap juga
mencari bibit cengkeh liar hingga ke hutan-hutan. Biasanya, jika sudah
menemukan target bibit cengkehnya, Tiono akan mengambil bibit cengkeh
beserta tanahnya atau di deder. “Biasanya, cengkeh yang tumbuh tidak
sengaja di hutan atau di bawah pohon-pohon cengkeh ini, memiliki daya
tahan yang bagus, ketika langsung ditanam di perkebunan.” Tambah Tiono.
Untuk pemasaran, Tiono tidak terlalu risau. Menurutnya hampir
sebagian petani cengkeh di wilayah Ngebel tahu tentang pembibitan yang
dia lakukan. Hampir tiap hari, menurut Tiono selalu ada orang yang
datang untuk membeli bibit cengkeh. Umumnya, mereka membeli satu hingga
sepuluh untuk menyulam perkebunan cengkeh. Namun tak sedikit pula yang
datang dan kemudian memborong bibit cengkeh milik Tiono.
“Untuk omset yang dihasilkan dari wirausaha pembibitan cengkeh jenis
zanzibar ini, alhamdulilah cukup untuk saya dan keluarga. Saat ini,
kebanyakan orang memang mulai beralih ke cengkeh jenis ini, karena
produktivitasnya yang tinggi, serta masa produknya yang lama.” Ujar
Tiono.
Meski demikian, dalam proses pembibitan, Tiono masih kerap menemukan
kendala. Salah satu kendala yang sering terjadi saat pembibitan adalah
pohon cengkeh sangat rentan layu, jika tidak dirawat dengan benar atau
posisi bibit terkena cahaya matahari langsung. Selain itu, kendala lain
yang kami hadapi adalah rayap.
“untuk mengantisipasi kendala tersebut, saya biasanya kerap
menyemprot bibit cengkeh tersebut dengan air, selain itu bibit cengkeh
meski diberi naungan berupa paranet di atasnya agar cahaya matahari
terserap. Untuk masalah rayap, saya biasanya menyemprot bibit cengkeh
saya dengan pupuk cair organik.” Ungkap pria yang juga membantu sang
istri menjaga warung ini.