Hobi yang dijalani secara serius ternyata mampu membawa seseorang
pada puncak kesuksesan. Inilah yang dialami Wahyu Tanuwidjaja.
Kesukaannya mendengarkan musik ternyata mengantarkannya pada membangun
bisnis audio khusus mobil. Mencari produk audio untuk mobil yang
berkualitas biasanya selalu memakai referensi produk impor. Padahal, ada
juga produk dalam negeri yang kualitasnya sudah diakui. Salah satu
produsen audio mobil dalam negeri yang mereknya sudah mendunia adalah
Dominations.
Di balik sukses audio mobil merek Dominations adalah
Wahyu Tanuwidjaja, sang pemilik. Bermula dari sebuah bengkel pemasangan
dan pembuatan audio mobil pada tahun 1993, kini Wahyu telah memiliki
bengkel sekaligus workshop cukup luas di kawasan Sunter untuk produksi
perangkat audio merek Dominations ini.
Salah satu produk andalan
Dominations adalah speaker 2 way system yang berkemampuan seperti tiga
atau bahkan empat speaker. Saat ini, produk Dominations sudah diekspor
ke Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, Australia, dan Kanada. Dari
penjualan di luar negeri, Wahyu mendapatkan omzet sebesar Rp 1 miliar
per tahun. Dari penjualan di dalam negeri, omzetnya sampai Rp 5 miliar
per tahun.
Tahun ini, bergabung dengan pelbagai merek audio mobil
ternama di dunia, Dominations juga menjadi mitra European Mobile Media
Association (EMMA) untuk menyelenggarakan pelbagai pergelaran yang
berhubungan dengan audio mobil. Dengan menjadi mitra EMMA, Dominations
yang merek Indonesia sudah diakui kualitasnya. Tidak mudah menjadi mitra
mereka, kata Wahyu.
Selain sebagai produsen perangkat audio,
Wahyu juga menjadi pengajar di sekolah non-formal bernama Audio
Workshop. Sekolah yang berdiri tahun 2001 ini memberikan pelatihan
seputar modifikasi audio mobil. Saya juga sering menjadi pembicara di
pelbagai seminar dengan topik audio mobil, ujar lelaki kelahiran
Jakarta, 8 Agustus 1971 ini.
Wahyu bercerita, ketertarikannya pada
audio mobil diperoleh saat masih duduk bangku sekolah menengah atas.
Waktu SMA, saya senang audio ruangan, kenangnya. Dia sering dimintai
tolong tetangganya untuk memasang home theater.
Saat itu, lantaran
menjadi murid di sekolah elite, banyak temannya memiliki mobil.
Berbekal pengalaman memasang audio ruangan, dia kadang membantu temannya
memasang audio mobil. Suatu hari, ayah seorang temannya menyuruh Wahyu
mengawasi mobil yang sedang dipasangi audio di sebuah bengkel. Saya
perhatikan betul bagaimana kerja mekanik itu. Setelah itu, muncul
keinginan untuk belajar audio mobil secara serius, ujar bapak satu anak
ini. Ia menganggap tantangan memasang audio mobil lebih besar ketimbang
memasang audio ruangan.
Belakangan, setelah lulus SMA, Wahyu malah
bekerja di bengkel itu. Tapi, ia hanya bertahan tiga bulan. Setelah
itu, tahun 1993, ia memutuskan mendirikan bengkel sendiri. Sambil
kuliah, saya membuka bengkel, ujar Wahyu yang sempat mengenyam kuliah di
Jurusan Teknik Elektro Universitas Atmajaya Jakarta ini.
Akan
tetapi, Wahyu tidak menuntaskan kuliah meski sudah masuk ke semester
akhir. Susah sekali lulus di jurusan itu, dalihnya. Meski tak
menyelesaikan kuliah, tahun 1996, dia direkrut oleh perusahaan agen
audio mobil merek Amerika Serikat (AS) sebagai pelatih atau pengajar. Di
perusahaan itu, dia juga semakin banyak belajar seputar audio mobil.
Tahun
1998, krisis keuangan melanda. Banyak pabrikan audio mobil asal Amerika
Serikat yang bangkrut. Saya bertahan di perusahaan itu sampai tahun
2001. Saat itu, banyak pabrikan audio mobil AS diambil oleh investor
dari Arab dan Asia, kata Wahyu.
Karena kondisi tak membaik, Wahyu
lantas memilih fokus menjalankan usaha bengkel dan membuka sekolah
non-formal Audio Workshop. Ternyata, banyak rekanannya yang meminta
pasokan aksesori mobil.
Tahun 2006, bermodal Rp 50 juta, Wahyu
mulai memodifikasi audio mobil di bawah bendera PT Audio Workshop. Kami
belum bisa dibilang produksi karena bahan baku masih impor dari China,
AS, dan Eropa. Tapi kami berani menyebut 100 persen design and
engineered in Indonesia, katanya. Audio mobil Dominations ini awalnya
hanya dijual sesuai dengan pesanan.
Wahyu belum berani menjual
Dominations dalam jumlah besar lantaran label made in Indonesia masih
dipandang sebelah mata. Susah dipasarkan karena ada anggapan tak
berkualitas baik. Saat ikut kontes di luar negeri, produk kami juga
diremehkan, paparnya. Namun, ia tetap mencantumkan Dominations sebagai
merek audio mobil dari Indonesia.
Hasilnya, Dominations mampu
menjadi produk unggul dan menjuarai pelbagai kontes audio mobil. Di
Kanada, kami 11 kali menang, enam di antaranya sebagai pemenang pertama,
kata Wahyu. Selain itu, Dominations menghasilkan 15 trofi di Filipina
dan 12 trofi di Malaysia. Dari ajang ini, Dominations membuktikan diri
sebagai audio mobil yang mampu bersaing dan memiliki kualitas.