Pernahkan Anda bayangkan seperti apa rasanya jika makanan dibuat dan diolah dari limbah sebuah pohon. Di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta sejumlah ibu-ibu tengah mengembangkan keripik dari bonggol pisang. Makanan camilan tersebut ternyata banyak disukai konsumennya, di samping rasanya yang khas dan gurih juga memiliki nilai jual tinggi.
Pohon pisang kini menjadi makanan favorit warga Dusun Polaman, Bantul. Tanaman ini sengaja ditanam warga di seluruh pelosok dusun seperti di sawah dan di kebun. Maraknya penanaman pohon pisang ini dipelopori oleh kelompok tani yang beranggotakan sejumlah wanita. Di tangan kelompok ini, pohon pisang tidak hanya diambil buahnya. Bonggol pohon yang kerap menjadi limbah dapat diolah menjadi keripik yang renyah dan gurih.
Proses pengolahan bonggol pisang ini diawali dengan pemotongan dan perendaman untuk mengeluarkan getah. Setelah direndam, bonggol yang telah diiris sesuai kebutuhan ini dibumbui. Dalam pembuatannya satu bonggol pohon pisang dapat menghasilkan 1 hingga 4 kilogram keripik.
Sumiyem, anggota kelompok tani mengakui jenis pisang yang paling pas diolah adalah pisang raja, pisang kelutuk dan pisang isi. Satu kilogram keripik bonggol pisang dijual seharga Rp 20.000. Kripik Bonggol pisang ternyata sangat diminati oleh masyarakat. Seperti halnya yang dibuat oleh kelompok Usaha Al Barik dari dusun Dukuh Widaran Ponggok Sidomulyo Bambanglipuro Bantul. Menurut Sri Purwati, ketua kelompok Al Barik dijelaskan bahwa hasil usahanya mulai diterima masyarakat dan sudah banyak dijual di toko oleh-oleh di kota Yogyakarta.
" Rasanya enak dan gurih, sangat pas untuk oleh-oleh, " kata Dewi, Staf Humas yang ikut mencicipi kripik bonggol pisang. Saking enaknya dia kemudian memborong kripik bonggol pisang untuk dibagikan ke teman-temanya.
Sri Purwati menjelaskan bahwa usahanya dimulai saat usai gempa 2006 banyak pohon pisang yang ikut tumbang. Akhirnya membuatnya berfikir kreatif dengan membuat kripik bonggol pisang. Pada awalnya banyak tetangganya yang mencibir usahanya dengan mengatakan bonggol buat pakan ternak kok dimakan manusia. " Tapi tenyata akhirnya justru mereka suka dengan rasa kripik ini, " katanya tertawa.
Untuk membuat bonggol pisang dibutuhkan bahan baku dari bonggol pisang kapok, jika ingin lebih enak bisa menggunakan bahan dari bonggol pisang klutuk namun langka. " Setelah kita belah bonggol tersebut dibuat irisan-irisan kecil kemudian dicuci dan digoreng, "katanya. Untuk menghilangkan getahnya dia merendam irisan bonggol selama sehari semalam. Hasilnya terciptalah kripik bonggol pisang yang enak dan renyah.
Untuk bahan baku dia dulu mencari di sekitar rumahnya, namun seiring dengan majunya usaha dia memesan kepada para bakul pisang. Satu bonggol pisang dibeli dengan harga Rp.4.000,- yang menghasilkan kripik bonggol sebanyak 4 kilogram. Sementara harga kripik bonggolnya dijual Rp. 30 ribu per kilo dan kemudian disetorkan ke beberapa toko serta pusat jajanan dan oleh-oleh di kota Yogyakarta. Karena tambah maju saat ini diapun kemudian merekrut para tetangganya untuk membantu usahanya. Bahkan Kelompok usaha ini juga menghasilkan beberapa camilan lainnya seperti peyek kacang, peyek kacang hijau, criping pisang aneka rasa serta berbagai kue bolu dan brownies.
Pohon pisang kini menjadi makanan favorit warga Dusun Polaman, Bantul. Tanaman ini sengaja ditanam warga di seluruh pelosok dusun seperti di sawah dan di kebun. Maraknya penanaman pohon pisang ini dipelopori oleh kelompok tani yang beranggotakan sejumlah wanita. Di tangan kelompok ini, pohon pisang tidak hanya diambil buahnya. Bonggol pohon yang kerap menjadi limbah dapat diolah menjadi keripik yang renyah dan gurih.
Proses pengolahan bonggol pisang ini diawali dengan pemotongan dan perendaman untuk mengeluarkan getah. Setelah direndam, bonggol yang telah diiris sesuai kebutuhan ini dibumbui. Dalam pembuatannya satu bonggol pohon pisang dapat menghasilkan 1 hingga 4 kilogram keripik.
Sumiyem, anggota kelompok tani mengakui jenis pisang yang paling pas diolah adalah pisang raja, pisang kelutuk dan pisang isi. Satu kilogram keripik bonggol pisang dijual seharga Rp 20.000. Kripik Bonggol pisang ternyata sangat diminati oleh masyarakat. Seperti halnya yang dibuat oleh kelompok Usaha Al Barik dari dusun Dukuh Widaran Ponggok Sidomulyo Bambanglipuro Bantul. Menurut Sri Purwati, ketua kelompok Al Barik dijelaskan bahwa hasil usahanya mulai diterima masyarakat dan sudah banyak dijual di toko oleh-oleh di kota Yogyakarta.
" Rasanya enak dan gurih, sangat pas untuk oleh-oleh, " kata Dewi, Staf Humas yang ikut mencicipi kripik bonggol pisang. Saking enaknya dia kemudian memborong kripik bonggol pisang untuk dibagikan ke teman-temanya.
Sri Purwati menjelaskan bahwa usahanya dimulai saat usai gempa 2006 banyak pohon pisang yang ikut tumbang. Akhirnya membuatnya berfikir kreatif dengan membuat kripik bonggol pisang. Pada awalnya banyak tetangganya yang mencibir usahanya dengan mengatakan bonggol buat pakan ternak kok dimakan manusia. " Tapi tenyata akhirnya justru mereka suka dengan rasa kripik ini, " katanya tertawa.
Untuk membuat bonggol pisang dibutuhkan bahan baku dari bonggol pisang kapok, jika ingin lebih enak bisa menggunakan bahan dari bonggol pisang klutuk namun langka. " Setelah kita belah bonggol tersebut dibuat irisan-irisan kecil kemudian dicuci dan digoreng, "katanya. Untuk menghilangkan getahnya dia merendam irisan bonggol selama sehari semalam. Hasilnya terciptalah kripik bonggol pisang yang enak dan renyah.
Untuk bahan baku dia dulu mencari di sekitar rumahnya, namun seiring dengan majunya usaha dia memesan kepada para bakul pisang. Satu bonggol pisang dibeli dengan harga Rp.4.000,- yang menghasilkan kripik bonggol sebanyak 4 kilogram. Sementara harga kripik bonggolnya dijual Rp. 30 ribu per kilo dan kemudian disetorkan ke beberapa toko serta pusat jajanan dan oleh-oleh di kota Yogyakarta. Karena tambah maju saat ini diapun kemudian merekrut para tetangganya untuk membantu usahanya. Bahkan Kelompok usaha ini juga menghasilkan beberapa camilan lainnya seperti peyek kacang, peyek kacang hijau, criping pisang aneka rasa serta berbagai kue bolu dan brownies.