Pongge atau biji durian, saat ini melimpah dan dianggap sebagai sampah belaka. Namun di tangan kelompok wanita tani (KWT) Mawar, Desa Kaliputih Kecamatan Selomerto Wonosobo, biji buah berduri yang berlendir itu, diolah menjadi penganan stik yang enak dan higienis.
KWT Mawar dengan 34 anggota -semuanya ibu rumah tangga, pada musim/panen raya buah durian, mengolah pongge tersebut menjadi barang berharga. Ketua KWT Mawar, Ny Khotimah (40 tahun) mengungkapkan, dirinya yang pernah belajar di Lembang Bandung, merasa sayang terhadap melimpahnya biji durian tidak dimanfaatkan.
Sehubungan dengan itu, ia mengajak kelompoknya untuk mengolah limbah tersebut menjadi sesuatu yang bisa memberi nilai tambah. Untuk mengumpulkan pongge, mereka tidak kesulitan. Karena di desanya banyak pohon durian. Sehingga pada musim seperti ini, mereka tidak khawatir kekurangan bahan baku.
Ny Sutarti yang rumahnya dijadikan tempat kegiatan mengatakan, sebagian besar anggota KWT Mawar, masih terjalin hubungan kekerabatan. Sehingga mereka pun semakin kompak. "Dari pada bertemu hanya untuk ngerumpi, lebih baik digunakan untuk hal-hal yang produktif. Kegiatan itu pun dilakukan setelah mereka menyelesaikan tugas keluarga di rumah masing-masing," papar Sutarti.
Ketua tim penggerak PKK Desa Kaliputih, Ny Narningsih Bejoyono mengatakan sangat mendukung aktifitas KWT Mawar. Kesibukan yang dilakukan ibu-ibu tersebut relatif mengurangi pengangguran. Meski usaha pembuatan penganan stik pongge relatif masih baru, istri Kades Kaliputih ini merasa gembira dan memberikan apresiasi.
Mengenai bahan baku pembuatan stik pongge, para anggota KWT Mawar menjelaskan, yang diperlukan adalah biji durian, tepung terigu, telur, margarine, bawang putih dan garam secukupnya. Khusus untuk tepung terigu dan pongge, ukurannya sama. Sebelum dijadikan adonan, pongge terlebih dahulu direbus.
Menurut mereka, stik biji durian tersebut bisa bertahan tiga sampai empat bulan. Penganan yang rasanya gurih ini cukup renyah, tanpa pengawet maupun pewarna. Sehingga benar-benar higienis. Saat ini mereka memasang tarif sebesar Rp 15.000/Kg.
Jika musim durian berlalu dan stok pongge habis, lanjut Ny Khotimah, maka bahan baku biji durian bisa diganti dengan biji nangka; wortel maupun biji kacang panjang.
Camat Selomerto Drs One Andang MSi menaruh perhatian terhadap kiprah yang dilakukan KWT Mawar. Agar produk mereka tidak ditiru atau diaku pihak lain, maka ia menyarankan supaya stik pongge atau pun hasil olahan warganya tersebut bisa dipatenkan.
Camat Andang mengatakan, di wilayahnya terdapat beberapa usaha rumah tangga yang mampu menopang atau bisa menambah penghasilan keluarga. Hal itu dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
KWT Mawar dengan 34 anggota -semuanya ibu rumah tangga, pada musim/panen raya buah durian, mengolah pongge tersebut menjadi barang berharga. Ketua KWT Mawar, Ny Khotimah (40 tahun) mengungkapkan, dirinya yang pernah belajar di Lembang Bandung, merasa sayang terhadap melimpahnya biji durian tidak dimanfaatkan.
Sehubungan dengan itu, ia mengajak kelompoknya untuk mengolah limbah tersebut menjadi sesuatu yang bisa memberi nilai tambah. Untuk mengumpulkan pongge, mereka tidak kesulitan. Karena di desanya banyak pohon durian. Sehingga pada musim seperti ini, mereka tidak khawatir kekurangan bahan baku.
Ny Sutarti yang rumahnya dijadikan tempat kegiatan mengatakan, sebagian besar anggota KWT Mawar, masih terjalin hubungan kekerabatan. Sehingga mereka pun semakin kompak. "Dari pada bertemu hanya untuk ngerumpi, lebih baik digunakan untuk hal-hal yang produktif. Kegiatan itu pun dilakukan setelah mereka menyelesaikan tugas keluarga di rumah masing-masing," papar Sutarti.
Ketua tim penggerak PKK Desa Kaliputih, Ny Narningsih Bejoyono mengatakan sangat mendukung aktifitas KWT Mawar. Kesibukan yang dilakukan ibu-ibu tersebut relatif mengurangi pengangguran. Meski usaha pembuatan penganan stik pongge relatif masih baru, istri Kades Kaliputih ini merasa gembira dan memberikan apresiasi.
Mengenai bahan baku pembuatan stik pongge, para anggota KWT Mawar menjelaskan, yang diperlukan adalah biji durian, tepung terigu, telur, margarine, bawang putih dan garam secukupnya. Khusus untuk tepung terigu dan pongge, ukurannya sama. Sebelum dijadikan adonan, pongge terlebih dahulu direbus.
Menurut mereka, stik biji durian tersebut bisa bertahan tiga sampai empat bulan. Penganan yang rasanya gurih ini cukup renyah, tanpa pengawet maupun pewarna. Sehingga benar-benar higienis. Saat ini mereka memasang tarif sebesar Rp 15.000/Kg.
Jika musim durian berlalu dan stok pongge habis, lanjut Ny Khotimah, maka bahan baku biji durian bisa diganti dengan biji nangka; wortel maupun biji kacang panjang.
Camat Selomerto Drs One Andang MSi menaruh perhatian terhadap kiprah yang dilakukan KWT Mawar. Agar produk mereka tidak ditiru atau diaku pihak lain, maka ia menyarankan supaya stik pongge atau pun hasil olahan warganya tersebut bisa dipatenkan.
Camat Andang mengatakan, di wilayahnya terdapat beberapa usaha rumah tangga yang mampu menopang atau bisa menambah penghasilan keluarga. Hal itu dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.