Bagi kebanyakan orang, wortel hanya dijadikan menu dalam sayuran. Namun, di Cianjur, Jawa Barat, Kelompok Perempuan Mandiri atau PEKKA mengolah wortel menjadi usaha krupuk wortel yang beromzet Rp 5 juta sampai Rp 7 juta per bulan. Usaha ini juga sudah mulai merambah swalayan di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Pembuatan krupuk wortel dilakukan warga Kampung Kayu Manis, Desa Sukatani, Cipanas, Cianjur. Dengan alat-alat yang masih manual ibu-ibu yang tergabung dalam PEKKA mengolah adonan wortel yang sudah siap dimasak dan dijual ke para pemesan.
Proses pembuatan krupuk wortel ini terbilang mudah. Ibu-ibu yang menjadi kepala keluarga ini membeli wortel dari para petani wortel yang tak jauh dari tempat usaha mereka dengan harga Rp750 per kilonya. Setelah wortel dipetik, kemudian dibersihkan kulitnya lalu wortel dihaluskan menggunakan blender.
Setelah wortel terlihat halus, selanjutnya dipanaskan kemudian dimasukkan ke dalam adonan terigu dan dicampur dengan bumbu dapur, seperti bawang putih, ketumbar dan garam. Setelah itu, adonan wortel ini dibentuk seperti bulatan. Sebelum dijemur, adonan ini terlebih dahulu diiris-iris. Agar kerupuk nantinya garing saat dimasak krupuk harus benar-benar kering saat dijemur. Krupuk yang sudah kering kemudian digoreng dan dimasukkan ke dalam plastik sesuai ukurannya. Krupuk ini dijual seharga Rp3.000 per ons dan Rp10 ribu per dua kilogram. Saat ini, kata penggagas kerupuk wortel Ida, ibu-ibu tersebut juga sudah mempunyai konsumen tetap di swalayan dan warung-warung yang ada di Jawa Barat, seperti di Bandung, Subang, Karawang, Sukabumi, Bogor dan Tasikmalaya.
Omzet naik-turun, tergantung musim. Pada musim hujan omzet mereka menurun. Kerupuk yang mereka buat keras saat dimasak karena tidak adanya panas matahari saat penjemuran. Namun, usaha pembuatan kerupuk wortel ini masih sangat menjanjikan. Rencananya, usaha krupuk wortel ini juga mulai dipasarkan ke Jawa Tengah.
Kerupuk merupakan jenis makanan kering sangat populer di Indonesia, mengandung pati cukup tinggi dibuat dari bahan dasar tepung tapioka. Kerupuk yang bahan bakunya merupakan tepung berpati dapat diperkaya dengan protein semisal kerupuk ikan dan kerupuk udang. Sumber protein selain diperoleh dari hewani juga dapat diperoleh dari bahan nabati. “Sekarang banyak masyarakat yang menganut pola hidup “vegetarian”, maka kami mencoba memenuhi masyarakat yang “vegetarian” pada khususnya dan masyarakat umum, demikian dikatakan Zuni Widiyanto pengrajin krupuk warga kampung Celeban mengawali kisahnya kepada koran ini.
Berawal dari hal itu dengan berbagi literatur, Widiyanto pelaku Usaha Rumah Tangga di bidang makanan dan memiliki izin produksi dari Dinas Kesehatan, mengenalkan kerupuk olahannya yang mengandung sumber protein nabati berupa kerupuk wortel. “Wortel mudah didapat di pasaran dan kaya dengan vitamin A yang baik untuk pertumbuhan tulang, mata, rambut, kulit dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi”, katanya.
Lebih lanjut Widiyanto menjelaskan bahan dan proses pembuatan kerupuknya. Bahan untuk pembuatan kerupuk wortel antara lain tepung tapioka, tepung terigu, air, garam, bawang putih dan wortel. Tidak perlu menggunakan zat pewarna atau pengawet. Pengolahannya melalui proses pembuatan adonan, karena menggunakan bahan wortel yang berbau lengur (jawa), maka sebelum proses pencetakan adonan wortel harus direbus dahulu selama 15 menit, untuk mengurangi bau dan mempertahankan warna. Selanjutnya proses pengukusan dilakukan selama 30 menit dan tergantung suhu pemanas. Kemudian dilakukan pendinginan, terus pemotongan bisa dilakukan dengan manual maupun pakai mesin pemotong. Kemudian pengeringan dilakukan dengan alat maupun pakai panas matahari, sortasi, dan pengemasan.
“Selama proses pembuatan kerupuk wortel, limbah yang dihasilkan tidak banyak dan tidak membahayakan karena hanya menyisakan kulit wortel. Air sisa rebusan wortel tidak meninggalkan limbah kimia karena memang tidak menggunakan bahan kimia”, ungkapnya. Harapannya, produk kerupuk wortel ini dapat menambah keanekaragaman kerupuk yang sudah ada dan dapat diterima masyarakat dan dapat memberdayakan masyarakat sekitar Celeban, Tahunan, Umbulharjo.
Pembuatan krupuk wortel dilakukan warga Kampung Kayu Manis, Desa Sukatani, Cipanas, Cianjur. Dengan alat-alat yang masih manual ibu-ibu yang tergabung dalam PEKKA mengolah adonan wortel yang sudah siap dimasak dan dijual ke para pemesan.
Proses pembuatan krupuk wortel ini terbilang mudah. Ibu-ibu yang menjadi kepala keluarga ini membeli wortel dari para petani wortel yang tak jauh dari tempat usaha mereka dengan harga Rp750 per kilonya. Setelah wortel dipetik, kemudian dibersihkan kulitnya lalu wortel dihaluskan menggunakan blender.
Setelah wortel terlihat halus, selanjutnya dipanaskan kemudian dimasukkan ke dalam adonan terigu dan dicampur dengan bumbu dapur, seperti bawang putih, ketumbar dan garam. Setelah itu, adonan wortel ini dibentuk seperti bulatan. Sebelum dijemur, adonan ini terlebih dahulu diiris-iris. Agar kerupuk nantinya garing saat dimasak krupuk harus benar-benar kering saat dijemur. Krupuk yang sudah kering kemudian digoreng dan dimasukkan ke dalam plastik sesuai ukurannya. Krupuk ini dijual seharga Rp3.000 per ons dan Rp10 ribu per dua kilogram. Saat ini, kata penggagas kerupuk wortel Ida, ibu-ibu tersebut juga sudah mempunyai konsumen tetap di swalayan dan warung-warung yang ada di Jawa Barat, seperti di Bandung, Subang, Karawang, Sukabumi, Bogor dan Tasikmalaya.
Omzet naik-turun, tergantung musim. Pada musim hujan omzet mereka menurun. Kerupuk yang mereka buat keras saat dimasak karena tidak adanya panas matahari saat penjemuran. Namun, usaha pembuatan kerupuk wortel ini masih sangat menjanjikan. Rencananya, usaha krupuk wortel ini juga mulai dipasarkan ke Jawa Tengah.
Kerupuk merupakan jenis makanan kering sangat populer di Indonesia, mengandung pati cukup tinggi dibuat dari bahan dasar tepung tapioka. Kerupuk yang bahan bakunya merupakan tepung berpati dapat diperkaya dengan protein semisal kerupuk ikan dan kerupuk udang. Sumber protein selain diperoleh dari hewani juga dapat diperoleh dari bahan nabati. “Sekarang banyak masyarakat yang menganut pola hidup “vegetarian”, maka kami mencoba memenuhi masyarakat yang “vegetarian” pada khususnya dan masyarakat umum, demikian dikatakan Zuni Widiyanto pengrajin krupuk warga kampung Celeban mengawali kisahnya kepada koran ini.
Berawal dari hal itu dengan berbagi literatur, Widiyanto pelaku Usaha Rumah Tangga di bidang makanan dan memiliki izin produksi dari Dinas Kesehatan, mengenalkan kerupuk olahannya yang mengandung sumber protein nabati berupa kerupuk wortel. “Wortel mudah didapat di pasaran dan kaya dengan vitamin A yang baik untuk pertumbuhan tulang, mata, rambut, kulit dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi”, katanya.
Lebih lanjut Widiyanto menjelaskan bahan dan proses pembuatan kerupuknya. Bahan untuk pembuatan kerupuk wortel antara lain tepung tapioka, tepung terigu, air, garam, bawang putih dan wortel. Tidak perlu menggunakan zat pewarna atau pengawet. Pengolahannya melalui proses pembuatan adonan, karena menggunakan bahan wortel yang berbau lengur (jawa), maka sebelum proses pencetakan adonan wortel harus direbus dahulu selama 15 menit, untuk mengurangi bau dan mempertahankan warna. Selanjutnya proses pengukusan dilakukan selama 30 menit dan tergantung suhu pemanas. Kemudian dilakukan pendinginan, terus pemotongan bisa dilakukan dengan manual maupun pakai mesin pemotong. Kemudian pengeringan dilakukan dengan alat maupun pakai panas matahari, sortasi, dan pengemasan.
“Selama proses pembuatan kerupuk wortel, limbah yang dihasilkan tidak banyak dan tidak membahayakan karena hanya menyisakan kulit wortel. Air sisa rebusan wortel tidak meninggalkan limbah kimia karena memang tidak menggunakan bahan kimia”, ungkapnya. Harapannya, produk kerupuk wortel ini dapat menambah keanekaragaman kerupuk yang sudah ada dan dapat diterima masyarakat dan dapat memberdayakan masyarakat sekitar Celeban, Tahunan, Umbulharjo.