Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih ke samping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Negara Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.
Walaupun permintaan di tingkat pasaran lokal ikan mas dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Apabila pasaran lokal ikan mas mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan mas boleh dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
Manfaat ikan mas antara lain ialah sebagai sumber penyediaan protein hewani atau sebagai ikan hias. Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk, sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan umum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta.
Faktor keberhasilan usaha dalam budidaya ikan mas antara lain:
1. Tersedia tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/ lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3. Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m dpl.
4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
5. Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100 liter/menit/m3.
6. Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
7. Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.
Faktor kritis pada keberhasilan usaha
Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya kegagalan pada budidaya ikan mas, antara lain :
a. Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
b. Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
c. Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas kolam.
d. Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air.
e. Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
f. Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan benar.
g. Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.
Realisasi usaha
Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
a. Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
b. Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai paralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
c. Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan
dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
2) Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan mas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3) Persiapan media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.
Untuk kolam seluas 70 meter persegi dengan kapasitas 1.000 ekor dan pemeliharaan selama tujuh bulan biaya produksinya sekitar Rp 2,6 juta.
Tak hanya masyarakat pedesaan, masyarakat di perkotaan pun bisa menghasilkan ikan dari hasil budidaya dengan menggunakan kolam terpal.
Kolam terpal yang digunakan itu tidak mengganggu lahan yang lain karena bukan hanya dilakukan pada lahan tertentu atau dengan kata lain lahan yang telah disiapkan dan jauh dari rumah, tapi melainkan kolam terpal ini bisa dibuat di halaman rumah atau bahkan di dalam rumah sekalipun. Kolam terpal tidak membutuhkan tempat yang luas seperti dilakukan petani tambak selama ini.
Lahan Sempit
Budi daya ikan dengan menggunakan kolam terpal sudah memudahkan masyarakat perkotaan karena tidak membutuhkan lahan yang luas. Asal mau, pekarangan rumah pun bisa dimanfaatkan tanpa mengganggu lingkungan sekelilingnya.
Artinya, lahan yang selama ini kurang bermanfaat bisa disulap menjadi penghasil rupiah. Dengan demikian, maka siapapun yang ingin mengembangkan usaha ini dapat mencobanya lantaran luas lahan dan biaya yang dibutuhkan tidak terlalu mahal.
Kolam terpal bisa menghasilkan uang pada rumah-rumah yang bertingkat tanpa mengganggu ruangan yang ada. Di samping itu, biayanya juga tergolong murah dan dapat diubah posisinya serta dapat dipindahkan sesuai keinginan pemiliknya.
Kolam terpal ini merupakan salah satu peluang yang baik bagi pengembangan budi daya ikan patin (Pangasius sp), ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan lele (Clarias sp), dan ikan gurami (Osphronemus gouramy).
Jadi kolam terpal dapat diterapkan untuk pembenihan, pendederan, pembesaran hingga menghasilkan ikan konsumsi. Dengan adanya kolam terpal, budi daya tidak lagi terpusat pada lahan yang ideal, yang memungkinkan dibangun kolam dan mempunyai sumber air melimpah.
Sumber Air
Kolam terpal tidak menyusahkan bagi orang yang ingin mencoba membudidayakan ikan, karena sumber airnya tidak terbatas. Walaupun hanya air dari PAM sudah bisa melakukan usaha budi daya. Sehingga masyarakat khususnya yang berdomisili di perkotaan dapat melakukannya. Ini merupakan salah satu dari sisi kemudahan tentang penggunaan sumber air.
Kalau kita lihat di mana ikan patin merupakan salah satu jenis ikan yang dapat bertahan hidup pada perairan yang minim oksigen sehingga dapat dipelihara di kolam tadah hujan. Namun kolam tadah hujan ini merupakan teknologi budi daya ikan yang diterapkan di daerah sulit air, namun pembangunan kolam tadah hujan juga membutuhkan biaya yang besar.
Di samping itu, air pada kolam tadah hujan dapat hilang melalui penyerapan tanah di kolam dan penguapan. Kolam terpal merupakan solusi yang tepat karena biaya pembuatannya murah dan air di kolam ini hilang hanya melalui penguapan.
Bahkan kolam terpal ini dapat digunakan pada tanah yang porous atau tanah berpasir dan tidak baik atau tidak cocok untuk membangun kolam karena tidak mampu menahannya. Kolam terpal merupakan alternatif yang baik untuk digunakan dalam usaha budi daya ikan di masa depan.
Salah satu ikan yang bernilai ekonomis adalah ikan patin yang tergolong ikan yang unggul dan bisa mencapai ukuran besar (1,2 meter) dan pertumbuhannya cepat, bahkan respons terhadap pakan buatan serta dapat dibudidayakan di berbagai tipe perairan dan wadah budi daya. Pasalnya, ikan patin termasuk kelompok ikan catfish yang dapat hidup pada perairan dengan kandungan oksigen rendah.
Produksi Ikan Patin
Salah satu jenis ikan yang cukup digemari adalah ikan patin. Olehnya itu, penulis mengambil contoh ikan tersebut. Kalau produksi patin Vietnam telah melampaui angka 1 juta ton pada tahun 2007, sedangkan Indonesia baru mampu memproduksi 29.000 ton patin pada tahun yang sama. Patin Vietnam menguasai pasar Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Untuk melindungi industri budi daya patin di dalam negeri, pemerintah AS menerapkan bea masuk patin Vietnam sekitar 37-65 persen. Bila tidak, budi daya patin AS di Mississipi, Alabama, Lousiana, dan Arkansas akan tamat.
Vietnam mempunyai pabrik pengelola patin terbesar di dunia, yaitu Nam Vietnam Corporation (Navifishco) dan An Giang Fisheries Import Export Co (Agifish). Navifishco merupakan pabrik pengelola patin terbesar di Vietnam dan di dunia. Pada tahun 2006, Navifishco menghasilkan turnover sampai 1 miliar dolar dan menguasai pasar Eropa, bahkan kini merambah Rusia. (Ghufran, 2010).
Olehnya itu, patin merupakan ikan penting di dunia karena dagingnya tergolong enak, lezat dan gurih. Di samping itu patin juga mengandung protein yang tinggi dan kolestrol yang rendah. Patin mengandung protein 68,6 persen, lemak 5,8 persen, abu 3,5 persen, dan air 59,3 persen. Irisan daging patin menjadi menarik bagi konsumen karena berukuran besar dan dagingnya berwarna putih.
Dengan demikian, maka beberapa ikan bernilai ekonomis dapat di budi dayakan pada kolam terpal lantaran penanganannya tergolong mudah dan biaya juga cukup terjangkau, sehingga ke depan kolam terpal ini dapat diandalkan untuk mendukung program pemerintah pusat melalui Departemen Kelautan dan Perikanan dalam meningkatkan produksi perikanan budi daya sebesar 353 persen pada tahun 2014 akan datang.
Oleh karena itu, maka mau atau tidak, kita kembali kepada usaha budi daya yang boleh dikata masih sangat bagus, baik lahan yang dimiliki daerah maupun pangsa pasarnya, sehingga ini menjadi peluang emas bagi para pembudi daya atau pengelola lahan.
Apalagi dengan pemanfaatan kolam terpal. Pasalnya, kebutuhan akan ikan air tawar bagi masyarakat dunia sangat memiliki banyak peluang, sehingga usaha perikanan budi daya masih yang terbaik untuk dikembangkan, karena selain komoditasnya yang sangat mudah dibudi dayakan juga pangsa pasarnya sangat terbuka lebar.
Sisa bagaimana bangsa ini dapat mengelolanya dengan baik. Apalagi Sulsel yang jauh lebih banyak pundi-pundi budi daya ikan air tawar yang bisa dikembangkan terlebih dengan kolam terpal, sehingga masyarakat perkotaan pun dapat melakukannya.
Walaupun permintaan di tingkat pasaran lokal ikan mas dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Apabila pasaran lokal ikan mas mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan mas boleh dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
Manfaat ikan mas antara lain ialah sebagai sumber penyediaan protein hewani atau sebagai ikan hias. Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk, sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan umum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta.
Faktor keberhasilan usaha dalam budidaya ikan mas antara lain:
1. Tersedia tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/ lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3. Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m dpl.
4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
5. Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100 liter/menit/m3.
6. Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
7. Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.
Faktor kritis pada keberhasilan usaha
Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya kegagalan pada budidaya ikan mas, antara lain :
a. Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
b. Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
c. Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas kolam.
d. Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air.
e. Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
f. Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan benar.
g. Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.
Realisasi usaha
Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
a. Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
b. Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai paralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
c. Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan
dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
2) Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan mas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3) Persiapan media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.
Untuk kolam seluas 70 meter persegi dengan kapasitas 1.000 ekor dan pemeliharaan selama tujuh bulan biaya produksinya sekitar Rp 2,6 juta.
Tak hanya masyarakat pedesaan, masyarakat di perkotaan pun bisa menghasilkan ikan dari hasil budidaya dengan menggunakan kolam terpal.
Kolam terpal yang digunakan itu tidak mengganggu lahan yang lain karena bukan hanya dilakukan pada lahan tertentu atau dengan kata lain lahan yang telah disiapkan dan jauh dari rumah, tapi melainkan kolam terpal ini bisa dibuat di halaman rumah atau bahkan di dalam rumah sekalipun. Kolam terpal tidak membutuhkan tempat yang luas seperti dilakukan petani tambak selama ini.
Lahan Sempit
Budi daya ikan dengan menggunakan kolam terpal sudah memudahkan masyarakat perkotaan karena tidak membutuhkan lahan yang luas. Asal mau, pekarangan rumah pun bisa dimanfaatkan tanpa mengganggu lingkungan sekelilingnya.
Artinya, lahan yang selama ini kurang bermanfaat bisa disulap menjadi penghasil rupiah. Dengan demikian, maka siapapun yang ingin mengembangkan usaha ini dapat mencobanya lantaran luas lahan dan biaya yang dibutuhkan tidak terlalu mahal.
Kolam terpal bisa menghasilkan uang pada rumah-rumah yang bertingkat tanpa mengganggu ruangan yang ada. Di samping itu, biayanya juga tergolong murah dan dapat diubah posisinya serta dapat dipindahkan sesuai keinginan pemiliknya.
Kolam terpal ini merupakan salah satu peluang yang baik bagi pengembangan budi daya ikan patin (Pangasius sp), ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan lele (Clarias sp), dan ikan gurami (Osphronemus gouramy).
Jadi kolam terpal dapat diterapkan untuk pembenihan, pendederan, pembesaran hingga menghasilkan ikan konsumsi. Dengan adanya kolam terpal, budi daya tidak lagi terpusat pada lahan yang ideal, yang memungkinkan dibangun kolam dan mempunyai sumber air melimpah.
Sumber Air
Kolam terpal tidak menyusahkan bagi orang yang ingin mencoba membudidayakan ikan, karena sumber airnya tidak terbatas. Walaupun hanya air dari PAM sudah bisa melakukan usaha budi daya. Sehingga masyarakat khususnya yang berdomisili di perkotaan dapat melakukannya. Ini merupakan salah satu dari sisi kemudahan tentang penggunaan sumber air.
Kalau kita lihat di mana ikan patin merupakan salah satu jenis ikan yang dapat bertahan hidup pada perairan yang minim oksigen sehingga dapat dipelihara di kolam tadah hujan. Namun kolam tadah hujan ini merupakan teknologi budi daya ikan yang diterapkan di daerah sulit air, namun pembangunan kolam tadah hujan juga membutuhkan biaya yang besar.
Di samping itu, air pada kolam tadah hujan dapat hilang melalui penyerapan tanah di kolam dan penguapan. Kolam terpal merupakan solusi yang tepat karena biaya pembuatannya murah dan air di kolam ini hilang hanya melalui penguapan.
Bahkan kolam terpal ini dapat digunakan pada tanah yang porous atau tanah berpasir dan tidak baik atau tidak cocok untuk membangun kolam karena tidak mampu menahannya. Kolam terpal merupakan alternatif yang baik untuk digunakan dalam usaha budi daya ikan di masa depan.
Salah satu ikan yang bernilai ekonomis adalah ikan patin yang tergolong ikan yang unggul dan bisa mencapai ukuran besar (1,2 meter) dan pertumbuhannya cepat, bahkan respons terhadap pakan buatan serta dapat dibudidayakan di berbagai tipe perairan dan wadah budi daya. Pasalnya, ikan patin termasuk kelompok ikan catfish yang dapat hidup pada perairan dengan kandungan oksigen rendah.
Produksi Ikan Patin
Salah satu jenis ikan yang cukup digemari adalah ikan patin. Olehnya itu, penulis mengambil contoh ikan tersebut. Kalau produksi patin Vietnam telah melampaui angka 1 juta ton pada tahun 2007, sedangkan Indonesia baru mampu memproduksi 29.000 ton patin pada tahun yang sama. Patin Vietnam menguasai pasar Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Untuk melindungi industri budi daya patin di dalam negeri, pemerintah AS menerapkan bea masuk patin Vietnam sekitar 37-65 persen. Bila tidak, budi daya patin AS di Mississipi, Alabama, Lousiana, dan Arkansas akan tamat.
Vietnam mempunyai pabrik pengelola patin terbesar di dunia, yaitu Nam Vietnam Corporation (Navifishco) dan An Giang Fisheries Import Export Co (Agifish). Navifishco merupakan pabrik pengelola patin terbesar di Vietnam dan di dunia. Pada tahun 2006, Navifishco menghasilkan turnover sampai 1 miliar dolar dan menguasai pasar Eropa, bahkan kini merambah Rusia. (Ghufran, 2010).
Olehnya itu, patin merupakan ikan penting di dunia karena dagingnya tergolong enak, lezat dan gurih. Di samping itu patin juga mengandung protein yang tinggi dan kolestrol yang rendah. Patin mengandung protein 68,6 persen, lemak 5,8 persen, abu 3,5 persen, dan air 59,3 persen. Irisan daging patin menjadi menarik bagi konsumen karena berukuran besar dan dagingnya berwarna putih.
Dengan demikian, maka beberapa ikan bernilai ekonomis dapat di budi dayakan pada kolam terpal lantaran penanganannya tergolong mudah dan biaya juga cukup terjangkau, sehingga ke depan kolam terpal ini dapat diandalkan untuk mendukung program pemerintah pusat melalui Departemen Kelautan dan Perikanan dalam meningkatkan produksi perikanan budi daya sebesar 353 persen pada tahun 2014 akan datang.
Oleh karena itu, maka mau atau tidak, kita kembali kepada usaha budi daya yang boleh dikata masih sangat bagus, baik lahan yang dimiliki daerah maupun pangsa pasarnya, sehingga ini menjadi peluang emas bagi para pembudi daya atau pengelola lahan.
Apalagi dengan pemanfaatan kolam terpal. Pasalnya, kebutuhan akan ikan air tawar bagi masyarakat dunia sangat memiliki banyak peluang, sehingga usaha perikanan budi daya masih yang terbaik untuk dikembangkan, karena selain komoditasnya yang sangat mudah dibudi dayakan juga pangsa pasarnya sangat terbuka lebar.
Sisa bagaimana bangsa ini dapat mengelolanya dengan baik. Apalagi Sulsel yang jauh lebih banyak pundi-pundi budi daya ikan air tawar yang bisa dikembangkan terlebih dengan kolam terpal, sehingga masyarakat perkotaan pun dapat melakukannya.