Pernah mendengar lagu era 80-an berjudul Anak Singkong? Dulu orang memang suka mengontraskan singkong dan keju. Singkong identik dengan kemiskinan, sedangkan keju melekat pada si kaya. Ternyata, kini, singkong dan keju bernasib sama: menyatu dalam camilan singkong keju.
Bahkan, saking larisnya, perpaduan keduanya mendatangkan rezeki yang mengalir deras bagi para penjualnya. Ari Prasetyo, salah satunya. Dia salah seorang pebisnis skala kecil yang menekuni usaha ini. Di tangannya, singkong dan keju menjadi makanan camilan tradisional yang membuat lidah pelanggan ketagihan. Penggemarnya datang dari berbagai kalangan, mulai kelas kaki lima hingga orang kantoran.
Ari menamakan produknya Singkong Keju Meletus. Kok bisa? Tak ada filosofi yang mendasarinya. Cuma, kata Ari, pada 2005 silam, ketika dia baru menjalani bisnis ini, di Bandung, Jawa Barat, Gunung Merapi tengah meletus. Jadilah nama usahanya seperti itu. Awalnya, dia mengikuti jejak sukses sang kakak yang terlebih dulu menjalani usaha ini. "Ide sebenarnya berawal dari usaha kakak yang baru tiga bulan buka namun langsung mendapat sambutan yang baik dari pembeli," paparnya.
Tergiur melihat keberhasilan usaha sang kakak, motivasi usaha Ari bangkit. Dia kemudian berguru pada sang kakak selama satu bulan. "Sekalipun saudara, soal bumbu dan cita rasanya sangat rahasia dan tidak terbuka," tandasnya.
Setelah cukup ilmu, Ari lantas membuka usaha sendiri. Modal awalnya cuma Rp 2 juta. Kini, jangan mengernyitkan dahi keheranan kalau Ari mengaku omsetnya mencapai Rp 30 juta hingga Rp 50 juta per bulan. "Kini saya tinggal menikmati manisnya saja," katanya.
Awalnya memang tak mudah memasarkan singkong keju. Pelanggan masih menganggapnya sekadar singkong goreng biasa. Bahkan hanya untuk memasarkan, ia sempat menyebarkan brosur ke tempat keramaian. Namun, kini, masyarakat mulai memburu. Bahkan, di saat week-end, pembeli dari Jakarta memburu singkong keju buatannya ke Bandung.
Dalam dua hari, Ari menghabiskan 700 kg singkong dan 3,5 kg keju kraf. Bahkan, suatu saat dia pernah menghabiskan 17 kuintal singkong per hari sehingga kewalahan melayani tamu. Ari menjual singkong buatannya dalam dua kategori. Harga singkong dalam boks ukuran kecil, Rp 7.000. Sedangkan harga singkong keju dalam boks besar Rp 10.000.
Ari mengaku, untuk menjalankan usaha ini relatif gampang. Soalnya, dari segi tempat tak memerlukan lokasi yang mewah. Di kaki lima pun pelanggan memburu. "Pembeli dari berbagai kalangan bisa menikmati camilan gurih yang khas ini," tandasnya.
Secara fisik, sebetulnya tidak ada yang istimewa singkong buatan Ari dengan singkong goreng lainnya, kecuali warnanya yang lebih kuning dan serpihan singkongnya hancur ketika digoreng. Tapi, soal rasa, singkong keju bikinannya jauh lebih nikmat ketimbang singkong biasa. Keju, itulah kunci kenikmatan Singkong Keju Meletus.
Cara membuatnya juga relatif gampang. Terlebih dulu singkong digoreng setengah matang. Setelah itu, singkong direndam dalam cairan keju selama kira-kira dua menit. Diamkan beberapa menit agar bumbu meresap. Pada tahap akhir, singkong setengah matang berlumur keju tersebut kembali digoreng untuk kedua kalinya. Berbisnis singkong kini bisa jadi pilihan yang tepat. Bahan bakunya murah, diminati banyak orang. Mau singkong goreng, singkong rebus atau bahkan singkong keju sekalipun. Dengan kreatifitas dan inovasi sedikit saja, berbisnis singkong menghasilkan uang yang lumayan.
Ada pula Sakur(43), pria asal Lamongan, Jawa Timur ini mengadu nasib di Kota Kembang Bandung, Jawa Barat. Jauh-jauh dari Lamongan ia berbisnis Singkong Keju di kota ini. Ia selain bisnis Pecel Lele, juga melirik Singkong Keju yang lagi marak. “Prospeknya bagus, apalagi kalau musim hujan,” ujar Sakur buka dari jam tiga sore hingga pukul sembilan malam, Sakur bisa membawa pulang uang dengan omzet berjualan Singkong Keju Rp300ribu setiap hari.
Bisnis Mudah dari Bahan Murah
Berbisnis tak harus yang repot-repot. Cukuplah dari yang sederhana, tetapi yang banyak pembelinya. Jangan lupa, bahan bakunya sedapat mungkin dari bahan baku yang murah dan mudah didapat. Harga per kilogram singkong cukup murah kan, mencarinya juga tidak susah-susah amat, di semua pasar tradisional ada. Dengan sedikit kreasi, apalagi jika mau mengkombinasikan dengan resep-resep modern, misalnya dengan menambahkan keju, gula semut, atau coklat, singkongpun bisa menjadi makanan camilan yang diminati banyak pembeli. Biasanya Sakur menjual 1 box (isi 5 butir singkong keju) seharga Rp5000. Harga yang tidak terlalu mahal, terjangkau untuk semua kalangan, dan dapat dimakan rame-rame untuk seluruh keluarga.
Harus Kreatif
Jika anda telah membulatkan tekad menjadi pebisnis, maka kreatifitas harus terus diasah setiap saat. Taruhlah anda kini berbisnis singkong, bagaimana supaya makanan ini banyak peminatnya, semua orang menyukainya. Tirulah apa yang sudah dilakukan Sakur dalam menjual singkong keju di Bandung. Ia sengaja memilih singkong yang empuk, tidak keras, dan dengan teknik masak tertentu ia mendapatkan tekstur singkong yang renyah dan empuk jika dimakan. Selanjutnya ia meramu dengan menggoreng singkong dan menaburkannya keju ke seluruh permukaan singkong yang telah digoreng. Ia juga membuat boks bungkus singkong goreng yang menarik dan terlihat higienis.
Mencari Lokasi yang Ramai
Mencari lokasi usaha yang ramai penting, terutama daerah atau tempat yang menjadi traffic banyak orang. Di depan supermarket, tempat keramaian tertentu juga dapat jadi pilihan.Berdasarkan pemantauan WK ada perbedaan signifikan para penjual Singkong Keju yang saat ini muncul dengan penjual singkong, pisang goreng biasa. Mereka kini lebih memahami kualitas makanan, mengerti branding, dan menggunakan packaging yang lebih higienis. Penggunaan spanduk, banner, tenda khusus dengan tulisan Singkong Keju dengan mereknya dan unsur promosi lainnya sudah mulai digunakan di usaha ini, yang sebelumnya jarang dilakukan.
Saat WK mengamati usaha Sakur di Kiara Condong, Bandung, tidak jauh dari pasar swalayan Borma ini, tampak pembeli yang cukup banyak dari sore hingga malam hari. Tulisan Singkong Keju Royal Khas Surabaya, pertama kali diperkenalkan Sakur di Kota Bandung sejak tahun 2005 lalu. Sebelum berjualan Singkong Keju di Bandung, awal tahun 2005 Sakur melihat seorang temannya yang berjualan Singkong Keju di Surabaya membludak pelanggannya. “Saat itu saya melihat bisnis teman saya di Surabaya membludak pembelinya. Saya pikir kalau di Bandungpun pasti akan ramai,” ujar Sakur yang mengaku hanya lulus SMP ini.
Majalah WK juga melakukan survey kepada beberapa penjual Singkong Keju di Jakarta. Berdasarkan pantauan WK, hampir semua gerai kaki lima Singkong Keju ramai dikunjungi pembeli, terutama pada jam-jam antara pukul 19.00 WIB hingga jam 21.00 WIB. Sedikit list alasan para pelanggan, mengapa memilih Singkong Keju. Pertama, rasa Singkong Keju cukup enak, harganya murah (bandingkan dengan camilan lainnya seperti seharga di atas Rp10ribu per bungkus), sehat dan tidak mengandung kolestorel.
Tentu saja bagi anda yang lebih terpelajar, memahami resep-resep modern, dan mengerti segmentasi pasar, bekal pengalaman Sakur sudah cukup untuk menggerakkan otak kanan anda membuat usaha Singkong Keju yang berbeda. Mungkin anda bisa membuat Singkong Keju untuk kalangan menengah atas, dengan harga Rp10ribu per bungkus dengan tambahan sambal yang unik, bawang goreng, saos atau lainnya. Bisa juga anda kombinasikan dengan produk-produk lain, misalnya kentang, talas, atau sukun. Buatlah merek sendiri, dan promosikan secara eksplosif, dengan gerai yang juga unik. Saya yakin anda bisa. Siapa tahu kelak anda akan dikenal juragan Singkong Keju.
Bahkan, saking larisnya, perpaduan keduanya mendatangkan rezeki yang mengalir deras bagi para penjualnya. Ari Prasetyo, salah satunya. Dia salah seorang pebisnis skala kecil yang menekuni usaha ini. Di tangannya, singkong dan keju menjadi makanan camilan tradisional yang membuat lidah pelanggan ketagihan. Penggemarnya datang dari berbagai kalangan, mulai kelas kaki lima hingga orang kantoran.
Ari menamakan produknya Singkong Keju Meletus. Kok bisa? Tak ada filosofi yang mendasarinya. Cuma, kata Ari, pada 2005 silam, ketika dia baru menjalani bisnis ini, di Bandung, Jawa Barat, Gunung Merapi tengah meletus. Jadilah nama usahanya seperti itu. Awalnya, dia mengikuti jejak sukses sang kakak yang terlebih dulu menjalani usaha ini. "Ide sebenarnya berawal dari usaha kakak yang baru tiga bulan buka namun langsung mendapat sambutan yang baik dari pembeli," paparnya.
Tergiur melihat keberhasilan usaha sang kakak, motivasi usaha Ari bangkit. Dia kemudian berguru pada sang kakak selama satu bulan. "Sekalipun saudara, soal bumbu dan cita rasanya sangat rahasia dan tidak terbuka," tandasnya.
Setelah cukup ilmu, Ari lantas membuka usaha sendiri. Modal awalnya cuma Rp 2 juta. Kini, jangan mengernyitkan dahi keheranan kalau Ari mengaku omsetnya mencapai Rp 30 juta hingga Rp 50 juta per bulan. "Kini saya tinggal menikmati manisnya saja," katanya.
Awalnya memang tak mudah memasarkan singkong keju. Pelanggan masih menganggapnya sekadar singkong goreng biasa. Bahkan hanya untuk memasarkan, ia sempat menyebarkan brosur ke tempat keramaian. Namun, kini, masyarakat mulai memburu. Bahkan, di saat week-end, pembeli dari Jakarta memburu singkong keju buatannya ke Bandung.
Dalam dua hari, Ari menghabiskan 700 kg singkong dan 3,5 kg keju kraf. Bahkan, suatu saat dia pernah menghabiskan 17 kuintal singkong per hari sehingga kewalahan melayani tamu. Ari menjual singkong buatannya dalam dua kategori. Harga singkong dalam boks ukuran kecil, Rp 7.000. Sedangkan harga singkong keju dalam boks besar Rp 10.000.
Ari mengaku, untuk menjalankan usaha ini relatif gampang. Soalnya, dari segi tempat tak memerlukan lokasi yang mewah. Di kaki lima pun pelanggan memburu. "Pembeli dari berbagai kalangan bisa menikmati camilan gurih yang khas ini," tandasnya.
Secara fisik, sebetulnya tidak ada yang istimewa singkong buatan Ari dengan singkong goreng lainnya, kecuali warnanya yang lebih kuning dan serpihan singkongnya hancur ketika digoreng. Tapi, soal rasa, singkong keju bikinannya jauh lebih nikmat ketimbang singkong biasa. Keju, itulah kunci kenikmatan Singkong Keju Meletus.
Cara membuatnya juga relatif gampang. Terlebih dulu singkong digoreng setengah matang. Setelah itu, singkong direndam dalam cairan keju selama kira-kira dua menit. Diamkan beberapa menit agar bumbu meresap. Pada tahap akhir, singkong setengah matang berlumur keju tersebut kembali digoreng untuk kedua kalinya. Berbisnis singkong kini bisa jadi pilihan yang tepat. Bahan bakunya murah, diminati banyak orang. Mau singkong goreng, singkong rebus atau bahkan singkong keju sekalipun. Dengan kreatifitas dan inovasi sedikit saja, berbisnis singkong menghasilkan uang yang lumayan.
Ada pula Sakur(43), pria asal Lamongan, Jawa Timur ini mengadu nasib di Kota Kembang Bandung, Jawa Barat. Jauh-jauh dari Lamongan ia berbisnis Singkong Keju di kota ini. Ia selain bisnis Pecel Lele, juga melirik Singkong Keju yang lagi marak. “Prospeknya bagus, apalagi kalau musim hujan,” ujar Sakur buka dari jam tiga sore hingga pukul sembilan malam, Sakur bisa membawa pulang uang dengan omzet berjualan Singkong Keju Rp300ribu setiap hari.
Bisnis Mudah dari Bahan Murah
Berbisnis tak harus yang repot-repot. Cukuplah dari yang sederhana, tetapi yang banyak pembelinya. Jangan lupa, bahan bakunya sedapat mungkin dari bahan baku yang murah dan mudah didapat. Harga per kilogram singkong cukup murah kan, mencarinya juga tidak susah-susah amat, di semua pasar tradisional ada. Dengan sedikit kreasi, apalagi jika mau mengkombinasikan dengan resep-resep modern, misalnya dengan menambahkan keju, gula semut, atau coklat, singkongpun bisa menjadi makanan camilan yang diminati banyak pembeli. Biasanya Sakur menjual 1 box (isi 5 butir singkong keju) seharga Rp5000. Harga yang tidak terlalu mahal, terjangkau untuk semua kalangan, dan dapat dimakan rame-rame untuk seluruh keluarga.
Harus Kreatif
Jika anda telah membulatkan tekad menjadi pebisnis, maka kreatifitas harus terus diasah setiap saat. Taruhlah anda kini berbisnis singkong, bagaimana supaya makanan ini banyak peminatnya, semua orang menyukainya. Tirulah apa yang sudah dilakukan Sakur dalam menjual singkong keju di Bandung. Ia sengaja memilih singkong yang empuk, tidak keras, dan dengan teknik masak tertentu ia mendapatkan tekstur singkong yang renyah dan empuk jika dimakan. Selanjutnya ia meramu dengan menggoreng singkong dan menaburkannya keju ke seluruh permukaan singkong yang telah digoreng. Ia juga membuat boks bungkus singkong goreng yang menarik dan terlihat higienis.
Mencari Lokasi yang Ramai
Mencari lokasi usaha yang ramai penting, terutama daerah atau tempat yang menjadi traffic banyak orang. Di depan supermarket, tempat keramaian tertentu juga dapat jadi pilihan.Berdasarkan pemantauan WK ada perbedaan signifikan para penjual Singkong Keju yang saat ini muncul dengan penjual singkong, pisang goreng biasa. Mereka kini lebih memahami kualitas makanan, mengerti branding, dan menggunakan packaging yang lebih higienis. Penggunaan spanduk, banner, tenda khusus dengan tulisan Singkong Keju dengan mereknya dan unsur promosi lainnya sudah mulai digunakan di usaha ini, yang sebelumnya jarang dilakukan.
Saat WK mengamati usaha Sakur di Kiara Condong, Bandung, tidak jauh dari pasar swalayan Borma ini, tampak pembeli yang cukup banyak dari sore hingga malam hari. Tulisan Singkong Keju Royal Khas Surabaya, pertama kali diperkenalkan Sakur di Kota Bandung sejak tahun 2005 lalu. Sebelum berjualan Singkong Keju di Bandung, awal tahun 2005 Sakur melihat seorang temannya yang berjualan Singkong Keju di Surabaya membludak pelanggannya. “Saat itu saya melihat bisnis teman saya di Surabaya membludak pembelinya. Saya pikir kalau di Bandungpun pasti akan ramai,” ujar Sakur yang mengaku hanya lulus SMP ini.
Majalah WK juga melakukan survey kepada beberapa penjual Singkong Keju di Jakarta. Berdasarkan pantauan WK, hampir semua gerai kaki lima Singkong Keju ramai dikunjungi pembeli, terutama pada jam-jam antara pukul 19.00 WIB hingga jam 21.00 WIB. Sedikit list alasan para pelanggan, mengapa memilih Singkong Keju. Pertama, rasa Singkong Keju cukup enak, harganya murah (bandingkan dengan camilan lainnya seperti seharga di atas Rp10ribu per bungkus), sehat dan tidak mengandung kolestorel.
Tentu saja bagi anda yang lebih terpelajar, memahami resep-resep modern, dan mengerti segmentasi pasar, bekal pengalaman Sakur sudah cukup untuk menggerakkan otak kanan anda membuat usaha Singkong Keju yang berbeda. Mungkin anda bisa membuat Singkong Keju untuk kalangan menengah atas, dengan harga Rp10ribu per bungkus dengan tambahan sambal yang unik, bawang goreng, saos atau lainnya. Bisa juga anda kombinasikan dengan produk-produk lain, misalnya kentang, talas, atau sukun. Buatlah merek sendiri, dan promosikan secara eksplosif, dengan gerai yang juga unik. Saya yakin anda bisa. Siapa tahu kelak anda akan dikenal juragan Singkong Keju.