Meskipun usahanya belum genap setahun, namun omzet makanan bernama 'Molen Arab' yang dijual oleh Syaiful Burhan sudah mencapai Rp 100 juta/bulan. Padahal usaha ini diawali karena terdesak harus membayar uang kost.
Seperti diketahui, 'Molen Arab' ini merupakan pisang molen atau pisang yang diselimuti adonan tepung, namun bedanya ukurannya sangat besar. "Nama Molen Arab karena bentuknya besar, jadi saya beri nama Molen Arab," ujar Syaiful dalam acara Wirausaha Muda Mandiri di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (17/1/2014).
Usaha Molen Arab ini dimulai Syaiful pada April 2013 untuk membayar uang kost karena malu meminta kepada orangtua. "Tapi karena uang saya juga mepet, saya terpaksa untuk meminta uang ke orangtua untuk bayar kost. Dalam hati saya berkata, saya tidak mungkin untuk selalu minta uang ke orang tua. Akhirnya uang untuk bayar kost saya putar dulu untuk memulai usaha," kata Syaiful.
Remaja berusia 20 tahun ini merupakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Usaha Molen Arab ini dimulainya di wilayah Medan. Syaiful mengaku, pisang molen merupakan salah satu makanan kesukaannya. Namun dia ingin membuat pisang molen berukuran besar yang kenyang sekali makan.
"Resep saya cari dulu di internet kemudian saya modifikasi sendiri. Sempat 5 kali gagal dalam percobaan. Begitu hasilnya lumayan, saya langsung produksi 50 buah dan saya jual ke teman kampus. Dalam waktu kurang dari 1 jam habis!" tutur Syaiful.
Modal awal Syaiful mendirikan usahanya adalah Rp 1,8 juta dengan 3 orang pegawai. Dalam seminggu, produksi Molen Arab mencapai 400 buah yang laris manis. Bahkan pada Mei 2013 lalu, Syaiful sudah bisa membayar gaji pegawai, kost, dan membeli motor sendiri secara tunai.
Bulan kedua, lanjut Syaiful, dirinya berani menjalankan sistem agen untuk menjual Molen Arab, dan bisa memproduksi 1.000 buah per hari, hingga omzetnya Rp 100 juta per bulan.
"Saat ini saya sudah total ada 16 pegawai. Dan pada bulan Februari besok sudah ada 26 orang karyawan yang sudah siap membantu dan mengembangkan Molen Arab. Sementara ini masih kami jual di Medan, tapi nanti akan saya kembangkan ke yang lain juga. Sekarang fokus dulu di Medan," cetusnya.
Apa yang jadi kunci sukses Syaiful dalam mengembangkan usahanya?
"Kunci sukses saya adalah jangan menyerah dan harus berani mencoba hal baru. Saya sendiri kelahiran di Jawa kemudian besar di Papua, kemudian sekolah SMP dan SMA di Bogor. Sekarang saya kuliah di USU Medan. Dari kelas 2 SD saya sudah jauh dari orangtua. Sekarang orangtua saya ada di Papua sementara saya di Medan. Semua usaha itu harus diawali dengan nekad dulu. Dan tentunya berani mengorbankan yang lain," papar Syaiful bersemangat.