Budidaya Ikan Neon Tetra, Menawan Sekaligus Menguntungkan

Para pembudidaya (breeder) ikan hias Neon Tetra mengaku kewalahan menghadapi permintaan ekspor. Aditya Satya, salah satu breeder di Sawangan, Depok, Jawa Barat, mengatakan permintaan dari eksportir akan ikan Neon Tetra itu dua juta ekor per bulan. "Namun, koperasi kami hanya mampu memproduksi satu juta ekor per bulan," kata Aditya.

Pasar ekspor ikan bernama latin Paracheirodon innesi ini terbuka di Singapura, Amerika Serikat, dan Eropa. Selain sebagai ikan hias, di Eropa, ikan Neon Tetra ini diambil zat warnanya untuk bahan kosmetika. Peluang bisnis semakin manis lantaran baru Indonesia dan China yang berhasil membenihkan neon tetra.

Aditya mengatakan anakan ikan berukuran 0,8 cm yang berusia 40 hari dihargai Rp 150 per ekor. Sedang harga neon tetra berukuran 3 cm mencapai Rp 600 per ekor. Kapasitas breeding neon tetra milik Aditya berkisar 120.000-200.000 ekor sebulan.

Aditya mengaku sudah 10 tahun membudidayakan neon tetra. Dia tertarik ikan ini karena permintaannya tak pernah surut. Sejak awal budidaya sampai sekarang, harga ikan ini juga stabil. "Kalau harga ikan kardinal tetra itu bisa naik turun berkali-kali lipat," ujarnya.

Jenis-jenis ikan TETRA terkenal cukup indah. Bermacam-macam jenis ikan hias tetra yang dikenal di Indonesia seperti Green Tetra, Blue Tetra, Silver Tetra, Neon Tetra & banyak lagi yang lain. Pada tulisan ini diketengahkan jenis neon tetra yang berasal dari sungai Amazon Amerika, dan telah berkembang biak di Indonesia. Neon Tetra (Hyphessobryconnesi), ikan hias ini termasuk ke dalam kelompok ikan hias yang paling menarik.

Tubuhnya berjalur merah dan biru hijau sepanjang tubuhnya dari insang sampai ekornya. Dalam budidaya ikan hias ini mudah dipelihara, kuat dan tidak gampang sakit/mati.

CARA MEMBIAKKAN

Cara membiakkan ikan jenis ini masih cukup sulit dan memerlukan ketekunan serta pengalaman yang lama. Adapun untuk membiakan & budidaya ikan hias ini diperlukan syarat-syarat tertentu antara lain:

* Air harus steril dan bersifat asam (pH lebih kecil dari 6,4)
* Senang pada tempat yang gelap.
* Suhu sekitar 20°C

Cara membedakan jantan dan betina adalah sebagai berikut:

* Jantan : Garis tubuh pada jenis tetra neon lurus, bentuk agak panjang.
* Betina : Bulat pendek dan perut membesar, garis tubuh pada neon tetra agak bengkok.

Cara membiakkannya:

1. Pisahkan induk-induk neon tetra.
2. Air hujan ditampung dan didiamkan sampai + 2 minggu.
3. Tempat yang dipergunakan untuk membiakkan, ikan tersebut dibersihkan ter lebih dahulu dan dicuci dengan tawas.
4. Masukkan air hujan tersebut ke dalam tempat pemijahan.
5. Tetesi dengan air rendaman kayu asam.
6. Didiamkan 2 ~ 3 hari.
7. Masukkan tanaman atau daun-daunan untuk meletakkan telur neon tetra tersebut.
8. Masukkan induk tetra yang telah dipisahkan terlebih dahulu.
9. Tutuplah tempat tersebut dan berilah lubang cahaya sedikit agar supaya dapat melihat gerak-gerik ikan tersebut.
10. Jika terlihat jantan dan betina saling berkejar-kejaran, maka + 3 hari kemudian sudah terlihat telur-telur yang menempel pada daun atau akar yang telah disediakan.
11. Pindahkan induknya dan ditutup dengan kain hitam hingga tidak ada cahaya yang masuk.
12. Selama + 3 hari telur neon tetra tersebut menetas.
13. Anak ikan ini dapat diberi makanan infusoria yakni bakteri pembusuk pada daun kubis/kol yang dibusukkan setetes demi tetes. Anda bisa membelinya di toko ikan hias maupun tempat jual ikan hias.
14. Setelah + 2 - 3 minggu penutup sudah boleh dibuka kembali.
15. Kemudian akan terlihat anak-anak ikan tetra.
Di daerah panas seperti Jakarta sebaiknya membiakkan Tetra ini dilakukan di kamar mandi yang hawanya lembab dan dingin.
»»  ...

Budidaya Ayam Ketawa, Bisnis Menarik Untung Menggiurkan

Mungkin Anda belum tahu bahwa ada sejenis ayam yang disebut "ayam ketawa". Sekilas tidak ada yang istimewa dengan ayam ini. Bentuk, warna, dan ukuran sama dengan ayam kampung pada umumnya. Namun, siapa sangka ayam ini bisa bersuara unik mirip orang tertawa.

Itulah sebabnya disebut ayam ketawa. Ayam ketawa merupakan ayam yang berasal dari daerah Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, sekitar 184 kilometer dari Makassar.

Dari daerah asalnya, ayam ini dinamakan ayam manugaga. Manu artinya ayam dan gaga artinya gagap atau ayam yang tergagap-gagap.

Selain bisa tertawa, ayam ini juga bisa mengeluarkan suara seperti lagu dangdut, slow rock, bahkan rock. Menurut kepercayaan masyarakat Bugis, ayam ini juga bisa membawa keberuntungan.

Maka tidak heran, bila harga jual ayam ketawa ini sangat mahal hingga puluhan juta rupiah. Saat ini banyak yang memburu ayam ketawa untuk dipelihara sendiri atau dijual lagi.

Pada beberapa kesempatan, ayam ini juga dilombakan. Salah satu pelaku usaha ayam ketawa adalah Suhardjo (54), warga Dusun Bayanan, Banjarnegoro, Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Usaha yang ditekuni merupakan usaha sampingan karena sehari-hari ia bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Kesbangpolinmas Kota Magelang. Bisa dibilang Suhardjo orang pertama di Kota Magelang yang memiliki usaha ini.

Suhardjo menceritakan, awal mula menekuni usaha ini secara tidak sengaja. Suatu sore ketika ia sedang beristirahat di halaman belakang sambil memandangi bekas kandang burung cucak rowo.

"Waktu itu saya berpikir, mau diapakan kandang yang sekarang sudah kosong ini. Tiba-tiba istri saya memanggil dan bilang di televisi sedang disiarkan soal ayam ketawa," katanya. Ia pun segera menyimak acara di televisi.

"Saat itu juga insting bisnis saya langsung timbul. Wah, boleh juga nih," pikirnya saat itu. Secara kebetulan, kantor tempatnya bekerja di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (sebelum dipindah ke Kesabangpolinmas) memberi tugas kepadanya untuk mencari lahan transmigran di daerah Sulawesi.

Maka, ia pun berangkat menunaikan tugas di sana. Setelah tugas selesai, ia pun meneruskan perjalanan ke Sidrap untuk "berburu" ayam manugaga. Karena waktu itu hanya membawa uang Rp10 juta, ia hanya memdapatkan ayam manugaga 17 ekor bukan indukan.

Maka mulailah ia beternak ayam ketawa. Setelah beberapa lama, ia kembali berpikir, kapan ayam ini bisa bertelur karena masih kecil-kecil. Dua bulan sejak ia membeli, ia kemudian menjual seluruh ayam miliknya.

"Waktu itu, ayam sudah laku Rp 21,5 juta. Jadi dalam tempo dua bulan, saya untung Rp12,5 juta," kata suami dari Dwi Sawitri ini.

Hasil penjualan itu kemudian dibelikan lagi ayam ketawa indukan. Saat ini, ia memiliki 11 ayam ketawa betina dan 5 ayam ketawa jantan.

Dari jumlah ayam yang dimiliki saat ini, ia sudah mulai menuai hasil. Karena ayam sudah berkali-kali bertelur dan menetas.

Untuk ayam dengan umur 0 minggu (kuthuk), harganya mencapai Rp 300.000 per ayam. Pesanan terus berdatangan bahkan ia kewalahan melayani pembeli.

"Kalau ada yang mau beli harus inden dulu sampai dua bulan karena harus antre," kata ayah dari dua putra dan kakek dari dua cucu ini. Suhardjo berprinsip, karena ini bisnis makhluk hidup, ia tidak mau menerima uang muka lebih dulu. Uang baru ia terima bila ayam benar-benar sudah menetas.

"Pernah saya terima uang muka dan sisanya diberikan kalau ayam sudah menetas. Ternyata, ayam itu tidak menetas, jadi saya kembalikan lagi uangnya," kata pria kelahiran Yogyakarta ini.

Hampir setiap minggu, ayam ketawa yang dimilikinya bertelur dan menetas. Dalam kurun waktu itu, ia bisa memperoleh hasil minimal Rp 6,5 juta.

Begitu juga dengan seorang warga Yogyakarta memiliki bisnis yang sukses dengan menjual ayam tersebut yang harga per ekornya bisa mencapai Rp 10 juta.

Berbekal sepasang ayam ketawa dari Makassar, Sulawesi Selatan, Pulung kini telah punya puluhan ayam di halaman rumahnya. Usaha penangkaran yang dimulai lima tahun silam itu akhirnya jadi bisnis menguntungkan. Banyak orang datang untuk membeli ayam ini.

Harga ayam berusia dua minggu bisa dihargai Rp 500 ribu. Sementara harga ayam dewasa yang bisa berkokok tergantung suara kokoknya, antara Rp 2 juta hingga Rp 10 juta. Nah, apakah Anda tertarik memiliki atau menangkar ayam yang berkokok mirip ketawa manusia ini?
»»  ...

Tempat Kerja Gulung Tikar, Kini Dia Jadi Jutawan Berkat Bebek

Krisis moneter tahun 1998 ternyata menjadi tonggak baru dalam sejarah kehidupan Nasib Budiono, peternak itik/ bebek asal Dusun Gedang, Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

”Sebelum membuka usaha ternak sendiri, saya ikut Pak Suwardi. Selama 12 tahun saya bekerja di peternakan milik beliau dan banyak belajar tentang bagaimana beternak bebek secara baik dan benar,” kata Nasib Budiono.

Selama bekerja di peternakan milik tetangganya itu, Nasib tidak semata-mata mengharapkan imbalan uang alias gaji. Dia rupanya menimba ilmu beternak itik/ bebek. ”Yang penting ilmunya, bukan berapa saya dibayar,” katanya.

Gonjang-ganjing krisis moneter tahun 1998 berdampak pada kehancuran ekonomi, termasuk gulung tikarnya sejumlah usaha kecil peternakan bebek. ”Setelah tidak bekerja di peternakan Pak Suwardi, saya mencoba usaha sendiri,” katanya.

Bermodalkan Rp 5 juta, Nasib membeli 3.000 itik. Saat memulai usaha peternakan itik/ bebek, Nasib memeliharanya dengan cara tradisional. Bebek-bebeknya dibiarkan mencari makan di sungai kecil dan sawah. Alasannya, tidak cukup modal untuk membeli pakan ternak yang kala itu sangat mahal. ”Saya angon sendiri ke sungai dan sawah,” katanya.

Seiring dengan berputarnya waktu, hasil usahanya berkembang pesat. Saat ini setidaknya ada 9.000 bebek di kandang miliknya dan 25.000-30.000 bebek di kandang milik mitra kerjanya, yang tersebar di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Ketekunan, keuletan, dan kehati-hatian dalam menjalankan usaha ternaknya tak ayal mengantarkan Nasib menjadi peternak itik/ bebek yang berhasil. Kehidupan keluarganya pun kini jauh lebih baik. ”Alhamdulillah, dari usaha ternak itik, saya bisa membeli rumah, tanah, sepeda motor, dan mobil. Namun yang penting dalam hidup ini, saya bisa bermanfaat untuk orang lain,” katanya.

Peternak binaan

Omzet hasil ternaknya saat ini berkisar Rp 50 juta-Rp 60 juta per bulan. Omzet sebesar itu belum termasuk hasil ternak dari 32 mitra usaha yang dia modali di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, dan di Kepanjen, Malang. Peternakan itik miliknya dengan lima karyawan menyediakan bibit itik/ bebek untuk para mitranya.

Selain di desa tempat kelahirannya, kata Nasib menjelaskan, dia juga punya usaha ternak binaan di Kepanjen, Malang, yang mulai dikembangkan tahun 2003. ”Sekarang ini ada 15 peternak binaan saya yang saya modali dengan bibit itik untuk dibesarkan,” tutur Nasib seraya menekankan bahwa dia selalu mengedepankan kejujuran dan kepercayaan bagi para mitranya.

Soal penetasan telur, Nasib mengaku memiliki 35 oven penetasan yang keseluruhannya mampu menghasilkan lebih kurang 10.000 anak itik. Harga setiap itik (anak bebek) Rp 3.200 untuk pejantan dan Rp 5.000 untuk betina. ”Setiap hari rata-rata 2.500 bibit itik saya kirim ke Samarinda dan Tarakan, Kalimantan Timur. Sebagian lainnya ke Makassar, Malang, dan Tulungagung. Kalau untuk bebek potong, lebih kurang 500 ekor per hari,” katanya.

Usaha yang digeluti Nasib tidak hanya pembibitan itik dari proses penetasan oven, tetapi juga bebek potong dan bebek siap telur. ”Khusus untuk telur bebek, setiap hari saya bisa mengirim 9.000 butir untuk konsumsi, pembibitan, dan pabrik mi serta kerupuk,” katanya.

Nasib, yang sejak berusia 2 tahun sudah yatim piatu karena orangtuanya (Madilan-Rukemi) meninggal, adalah potret anak keluarga miskin tetapi berhasil menggapai kehidupan layak dari beternak itik/ bebek. ”Mbakyu saya, Ngatining, yang membiayai sekolah saya sampai SMP. Karena tidak ada biaya untuk melanjutkan (sekolah), ya saya mau tidak mau harus mencari pekerjaan untuk hidup,” tuturnya.

Sebagai peternak itik/ bebek, Nasib hanya berharap pemerintah memerhatikan harga pakan ternak yang kini cenderung naik dan mahal. ”Sekarang pakan ternak kosentrat 144 harganya Rp 290.000 per sak, katul Rp 2.500 per kilogram, dan kepala udang Rp 150.000 per blong,” keluhnya.

Sebagai peternak itik/bebek yang terbilang sukses, Nasib tetap bersahaja dalam melakoni hidup. Jika ada waktu senggang, dia tak segan dan malu angon bebek ke sungai yang berada di belakang rumahnya. ”Sesekali saya masih angon bebek, dan di sungai ini saya dahulu memulai beternak itik serta memeliharanya sendiri,” katanya sembari menunjuk puluhan bebek yang berlarian.

Kerinduan masa lalu saat angon itik dan melakoninya kembali tatkala dirinya sudah menapaki kesuksesan sebagai peternak tidak melarutkan Nasib dalam gemerlap kehidupan. ”Saya orangnya dari dahulu ya seperti ini, masih suka angon bebek,” katanya.

Selama 13 tahun menjalankan usaha ternak itik/ bebek, Nasib mengaku lancar-lancar saja. Walaupun demikian, kasus flu burung yang mencuat sekitar tahun 2004 berdampak pada penurunan omzet. ”Alhamdulillah, sampai sekarang ini aman-aman saja dan tidak ada ternak saya yang terserang flu burung. Namun, saat marak kasus flu burung, pengiriman itik dan telur bebek ke beberapa daerah, termasuk Bali, sempat tertunda. Hal ini berdampak pada penurunan omzet sampai 50 persen,” tuturnya.

Menyoalkan dampak anomali cuaca terhadap pemeliharaan ternak itik/ bebek, Nasib mengatakan, hal itu tak banyak berpengaruh. Namun, dia mengakui, produksi telur bebek menurun. ”Cuaca mendung, hujan, dan dingin bisa membuat produksi telur bebek turun sampai 60-70 persen,” katanya.

Sebagai orangtua yang hanya mengenyam pendidikan sampai bangku SMP, dia termotivasi untuk lebih memerhatikan masa depan dan pendidikan anak-anaknya. Dia ingin anak-anaknya menjadi orang yang sukses dengan keilmuannya. ”Saya ingin anak saya sukses dan kuliah peternakan serta mengerti nutrisi. Apakah nanti mau jadi peternak seperti bapaknya, saya tak tahu. Kalaupun memilih jadi peternak, mereka bisa mengamalkan ilmu nutrisi yang diperoleh dari kuliah,” kata Nasib.

Beternak itik bagi sebagian orang terasa lebih menjanjikan daripada beternak unggas jenis lainnya, seperti Nasib di atas. Pertama, produk yang dihasilkan yaitu telur terasa lebih ‘dihargai’ sebab penjualannya dihitung bijian bukan kiloan sebagaimana halnya telur ayam ras. Ke dua, cara pemeliharaan dan perawatan yang relatif mudah serta lebih tahan terhadap penyakit. Ke tiga jumlah permintaan telur yang terus naik dari tahun ke tahun. dan Ke empat yaitu permintaan akan daging konsumsi juga tinggi.

Dari gambaran di atas sebenarnya masih ada ruang atau kesempatan yang sangat luas untuk memulai usaha ini. Akan tetapi timbul masalah bagi pemula yaitu dari mana memulai usaha ternak itik? Apa sebaiknya beternak itik untuk menghasilkan telur saja, apa beternak itik untuk menghasilkan DOD, atau usaha pembesaran DOD, atau penetasan? Nah berikut gambaran singkat tentang beberapa pilihan usaha dalam menjalankan bisnis ini.

Ada beberapa pilihan dalam menentukan langkah memulai usaha :
1. Mengkususkan usaha untuk menghasilkan telur tetas. Untuk menghasilkan telur tetas yang baik ratio jantan dan betina adalah 3-5 pejantan untuk 50-100 ekor itik betina. Di sarankan terdapat kolam di dalam kandang untuk aktifitas berenang itik agar terjadi proses kawin secara alami. Telur itik yang sudah terkumpul di tetaskan dengan bantuan mesin penetas karena naluri mengeram itik sangat rendah atau bahkan tidak ada. Bisa juga dengan bantuan jasa menthok, akan tetapi hal ini akan menambah biaya lagi untuk pemeliharannya. Lama penetasan baik dengan mesin penetas atau menthok ± 28 hari. Lama penyimpanan telur tetas yang baik adalah kurang dari 7 hari.

2. Usaha penetasan, yaitu menetaskan telur itik menjadi DOD (Day Old Duck). Karena lama penetasan yang lebih panjang dari pada telur ayam maka perlu pertimbangan lagi untuk memulai usaha ini. Ada dua hal yang penting dalam memulai usaha ini yaitu bagaimana cara mendapatkan telur tetas yang baik dan memilih mesin penetas. Anda bisa membuka artikel kami lainnya untuk penjelasan ke dua hal tersebut. Keuntungan dalam usaha ini akan berlipat apabila begitu DOD menetas langsung dapat terjual, kalau tidak maka perlu biaya tambahan untuk memelihara DOD untuk beberapa jangka waktu beberapa hari. Kami menyarankan bagi peternak pemula untuk mencari relasi yang dapat dipercaya sebagai penyuplai telur tetas karena menyangkut nama baik usaha yang akan kita rintis. Sekali citra usaha kita buruk maka agak sulit untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat. Lebih aman kalau kita memiliki pembibitan (breeding) sendiri untuk menjaga kualitas dan kontuinitas usaha.

3. Pembesaran DOD untuk dijadikan pedaging. Beberapa tahun terakhir usaha ini sudah banyak mendapat perhatian dari para investor. Pada umumnya DOD yang dijadikan sebagai pedaging adalah DOD jantan. Kenapa? Di samping harga bibitnya lebih murah juga kelebihan tingkat pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang lebih cepat jika dibandingkan dengan betina. Masa pemeliharaan yang relatif singkat yaitu sekitar 2 – 3 bulan juga menjadi daya tarik tersendiri. Untuk para pemula yang akan terjun dalam bisnis ini harus pandai-pandai berhitung soal pakan karena fluktuasi harganya yang gampang berubah.

4. Usaha pembesaran DOD sampai menjelang bertelur (bayah). Bayah adalah sebuatan itik betina siap bertelur yang berumur kira-kira 4-5 bulan. Biasanya system pemeliharaan bayah lebih banyak digembalakan karena di samping untuk lebih menekan biaya pakan juga untuk memberi kesempatan itik untuk berburu pakan alami kesenangannya seperti cacing, ikan-ikan kecil dan juga sebagai sarana exercise agar tubuh tidak kegemukan sehingga dapat menghambat produksi nantinya. Setelah itik sudah menandakan tanda-tanda akan bertelur maka itik bisa ditawarkan kepada calon pembeli. Ada satu trik saat menjual bayah yaitu usahakan menjual bayah ketika itik sudah mulai bertelur dan itu akan membawa ke harga jual yang lebih yang tinggi. Kita bisa menaikkan harga sampai Rp 500,- per ekor dan kita bisa bayangkan kalau bayah yang kita jual per minggu ada 100 ekor???

5. Usaha beternak itik untuk di ambil telurnya. Usaha ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kita. Peternak bisa memeliharanya dari semenjak DOD atau langsung membeli itik siap bertelur (bayah). Keuntungan kalau kita memelihara sejak DOD adalah kita tahu tingkah laku ternak yang kita perlihara sehingga kita lebih paham akan kondisi ternak. Akan tetapi ada juga sisi kelemahannya yaitu butuh kesabaran waktu dan modal karena kita terus mengeluarkan uang sejak DOD sampai itik-itik tersebut mulai bertelur. Adapaun sisi kelebihan kalau kita membeli langsung dari bayah adalah kita akan langsung dapat memetik hasilnya dalam waktu dekat. Sisi kelemahannya yaitu butuh modal yang besar, dan juga kesiapan mental untuk menghadapi stress yang tinggi karena perpindahan lokasi dan juga perbedaan penanganan ternak.

Bagaimana untuk orang yang belum mengetahui sama sekali dunia itik dan ingin terjun dalam bisnis ini? Kami menyarankan bagi pemula untuk memulai usaha ternak itik yang menghasilkan telur saja. Sebab kalkukasi perhitungan usaha lebih mudah jika dibandingkan dengan lainnya. Dari usaha ini akan di dapat pengalaman cara beternak yang baik dan benar sehingga kalau kita akan melangkah lebih jauh untuk perluasan usaha atau diversifikasi usaha tidak akan banyak mengalami kesulitan.
»»  ...

Omzet Menggoda di Balik Sedapnya Bisnis Olahan Kepiting

Budidaya kepiting sangat prospektif untuk dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia. Selama wilayah tersebut memiliki lahan tambak air payau

Terbayang wangi aroma daging kepiting rebus, gurihnya udang bakar, dan oseng kangkung di Restoran Rasane di Perumahan Green Ville, Jakarta Barat.

Setelah duduk di pojok ruangan, menunggu sebentar, seorang pelayan menyodorkan buku menu. Kemudian ia pergi dengan terburu-buru. Melihat kesibukan mereka, yang tidak henti-hentinya keluar-masuk dapur dengan membawa bungkusan berdaun pisang yang telah dibakar. Setelah ditanya, ternyata itu kepiting asap juhi. Tanpa melihat buku menu, kepiting betina dengan telur langsung dipesan.

Setelah memutuskan pilihan pertama itu, seraya menunggu pesanan. Ternyata di restoran makanan laut ini tersedia juga kepiting golek. Menarik perhatian mata dan merangsang lidah, tanpa ragu menu yang satu ini masuk ke daftar pesanan. Lagi-lagi kepiting betina dengan telur. Belum puas dengan dua menu itu, sambil mengintai buku menu, tambah pesanan: udang galah jumbo ala king dan kangkung terasi asli Lombok.

Tak lama semuanya sudah terwujud di meja. Seteguk teh pahit hangat sebagai pembuka, sebelum memulai semuanya. Kepiting asap juhi jadi pembuka, bungkusan daun pisang beraroma wangi mengawali acara santap kali ini.

Kepiting montok tertutup oleh bumbu-bumbu yang menghitam siap dinikmati. Setelah mengupas semua cangkang, daging kepiting nan sedap pun siap disantap. Manis daging terasa di lidah. Kemudian daging tersebut dicolekkan ke bumbu. Pedas lada dan cabai terasa pas. Ketika diamati lebih dalam, ternyata ada rasa serundeng, kelapa parut yang dibakar. Selama menikmati kepiting ini, baru disadari bahwa cangkangnya tidak begitu keras. Ternyata semua menu kepiting di restoran ini harus melalui proses steam untuk melunakkan kulit tanpa menghilangkan rasa asli kepiting.

Satu piring kepiting berukuran 5 ons sudah terlewati. Lidah dan perut masih terasa belum terpuaskan. Melirik ke kanan, masih ada kepiting golek. Kepiting ini diselimuti telur asin yang digiling terlebih dulu. Telur yang digoreng menempel pada cangkang. Menggoda sekali. Walau hanya menempelkan lidah pada cangkang, rasa gurih dan asin sudah sangat dominan. Gurih ini berasal dari perpaduan antara telur asin dan telur kepiting itu sendiri. Saat disantap, terasa seperti ada pasir di atas lidah, karena itu berasal dari kuning telur asin.

Di meja tersisa hanya dua ekor udang ala king dan kangkung terasi asli Lombok yang tinggal separuh. Saat menyantap udang galah, timbul keinginan untuk menyedot otak di dalamnya. "Sruuput!" Rasa pahit menjadi rasa dasar dari daging otak udang ini. Tapi, saat dicampur dengan kuah kental dari madu, rasa pahit, manis madu, kecut, dan gurih menjadi sebuah kenikmatan tersendiri.

Seorang pengunjung, Erick, 26 tahun, karyawan swasta, menuturkan pengalaman serupa saat menikmati kepiting di restoran ini. Selain menu yang memuaskan, menurut dia, suasana di tempat ini santai. "Tapi, sayang lokasi di sini susah, jalannya juga jelek," katanya.

Lain dengan Tisha, 25 tahun, mahasiswi. "Kepitingnya enak, kangkungnya lembut, tapi kok di buku menunya tidak ada harganya, sayang aja."

Nikmatnya menu kepiting itu tidak lepas dari usaha keras pemilik restoran ini, John B. Indrajaya. Pria 40 tahun itu memulai bisnis ini pada akhir 2002 dengan modal sekitar Rp 300 juta. Sejak kecil ia sudah akrab dengan makanan laut (seafood), khususnya kepiting. Tinggal di daerah Sambas, Kalimantan Barat, John mewarisi keahlian neneknya yang pintar mengolah masakan laut.

Menurut John, setiap menu di Rasane harus melewati kecapannya. Sehingga menu di tiga restoran yang dikelolanya, yakni di Green Ville, Puri Indah, dan Taman Palm, ketiganya di Jakarta Barat, memiliki rasa yang sama.

Ia memilih kepiting dari Indonesia bagian timur, yaitu Papua, Kalimantan, dan Makassar. Alasannya, kepiting dari daerah itu memiliki bentuk fisik yang besar dan daging yang enak. Tiap hari Rasane menghabiskan sekitar 60 ekor kepiting.

Rumah makan ini menyediakan menu kepiting 8 jenis, udang 10 jenis, ikan 8 jenis, kerang 5 jenis, dan sayuran 7 jenis.

Bagaimana dengan harga? Penentuan harga didasarkan pada bobot. Untuk kepiting Rp 140 ribu per kilogram, ikan Rp 40 ribu per kg, dan udang Rp 19.500 per ons. Harga tersebut agaknya sepadan dengan rasa.
»»  ...

Julie Shie, Perempuan Muda Tangguh Beromzet Miliaran

Tak ada kata lain yang paling pas untuk menggambarkan Julie Shie selain tangguh. Perempuan yang belum genap 30 tahun ini mulai berbisnis di usia delapan tahun. Kini, Julie memiliki 14 perusahaan dengan omzet miliaran rupiah per tahun.

Memulai usaha sendiri tidak perlu menunggu usia matang dan modal segudang. Julie Shie membuktikan hal itu. Dengan ketekunan dan tekad kuat, perempuan kelahiran Aceh, 29 tahun silam ini, kini sukses menjadi salah pengusaha multinasional.

Saat ini perempuan bernama asli Yulianty, kelahiran 8 Februari 1982, ini memiliki sekitar 14 perusahaan di bawah payung Worldwide Group. Sebagian besar bergerak di jasa transportasi, logistik, dan properti. Tahun lalu, total omzet bisnis Julie mencapai US$ 12 juta.

Lahir dari keluarga biasa dan secara ekonomi tidak berkekurangan, sejak kecil, Julie dididik selalu menghargai uang. Di sebuah kota kecil di Aceh, ayahnya adalah juragan angkot yang juga memiliki bisnis cuci pakaian (laundry). Meski berada, ayahnya tak pernah begitu saja memberi Julie uang saku. “Untuk beli permen Rp 50 saja, saya lebih dulu ditanya macam-macam,” kenang Julie.

Alhasil, Julie kecil menjadi biasa untuk mandiri agar bisa mendapatkan yang diinginkan. Di usia enam tahun, ia membantu sang ayah berbisnis demi mendapat uang saku lebih. Setiap hari, kerjanya memilah pakaian dan menandai pakaian milik pelanggan.

Julie juga sering ikut ibunya pergi dari satu kota ke kota lain untuk berbisnis. Lantaran terbiasa berkomunikasi dengan banyak orang, ia tumbuh menjadi anak kecil yang supel dan menyenangkan.

Keasyikannya membantu bisnis orang tua membuat prestasi ketika awal masuk sekolah dasar jadi jeblok. Di semester pertama bersekolah, ia menjadi satu-satunya anak di kelas yang tidak bisa membaca. Begitu rapor dibagikan, ia merasa sangat malu dan bertekad akan berubah. Sejak saat itu, ia belajar sangat giat hingga menjadi juara pertama sejak kelas dua SD hingga bangku SMP.

Meski begitu, sembari sekolah, Julie tetap asyik berbisnis. Di usia delapan tahun, ia sudah berjualan permen dan makanan ringan di sekolah. Modalnya dari uang saku yang disisihkan sedikit demi sedikit. Ia berbelanja barang untuk dijual di toko grosir milik tantenya.

Di usia 14 tahun, Julie sudah bekerja paruh waktu di toko unggas dan toko elektronik. Ketika duduk di kelas 3 SMP, Julie mulai mengajar privat anak TK hingga SMP. Bayarannya lumayan. Dari satu murid, ia bisa dapat Rp 80.000 hingga Rp 120.000. “Kalau dikumpulkan, gaji saya bisa setara dengan pegawai kantoran saat itu,” kata Julie bangga.

Namun, Julie tak mau terus menjadi guru. Ia ingin mencoba hal baru. Selulus SMA, ia memilih bekerja di perusahaan perdagangan mata uang asing. Disana, ia belajar dari nol bagaimana menganalisis secara teknikal dan fundamental pergerakan mata uang yen, dollar AS, dan euro.

Lantaran pasar mata uang dolar aktif di jam 12 malam, Julie terpaksa lembur dan pulang pagi setiap hari. Pekerjaan ini hanya bertahan tiga bulan. Ia lantas bekerja di PT Toba Internesa, perusahaan jasa forwarding. Lantaran prestasinya, ia dipercaya memegang cabang di Pekanbaru dan Padang.

Karena ada masalah internal perusahaan, pada usia 19 tahun, Julie mengundurkan diri dan mendirikan perusahaan forwarding sendiri bernama PT Samudera Indah Berkatindo (SIB). Modal sebesar Rp 30 juta ia pinjam dari ayahnya dan seorang teman. Tak sampai sebulan, bisnis Julie sudah balik modal dan bisa bayar utang.


Maju karena ekspansi

Permintaan yang tinggi membuat Julie kemudian membangun perusahaan forwarding di Singapura bernama Worldwide Shipping Logistic Services Pte Ltd pada tahun 2006. Perusahaan ini menjembatani pedagang karet di Indonesia dengan pembeli di China.

Julie juga membangun Omega Shipping Pte Ltd untuk mengurusi perdagangan komoditas Sino dari Asia ke China. Setahun kemudian, ia membangun Andaman Worldwide Shipping Co Ltd di Thailand.

Di tahun 2010, penyuka masakan Indonesia ini mendirikan Worldwide Property Investment Ltd di Singapura, Indonesia, dan Thailand yang menjadi pemasar proyek properti di beberapa negara. Tahun ini, ia bakal membuka kantor di Shanghai, Jepang, dan Korea.

Hingga saat ini, Ibu dari Jiratchaya Angel Parnitehkul, 18 bulan, ini memiliki aktivitas padat lantaran harus mengurusi 14 perusahaan yang tersebar di tiga negara. “Saya pernah ada di tiga negara dalam satu hari, atau menghadiri 10 meeting dalam sehari,” katanya. Tapi, ia memberi catatan, meeting tidak berada di Indonesia yang jalanan macet.

Saat ini Julie tengah menggarap proyek besar dengan BUMN di China di sektor pertambangan. Ia dipercaya pula menjadi distributor produk water heater Singapura di Indonesia. Perempuan yang bisa 10 bahasa ini juga tengah menjajaki membuat buku khusus anak-anak.

Meski sering tak ada di kantor, Julie tetap bisa memantau bisnisnya. “Semua sudah ada sistem. Saya tinggal kontrol pakai ponsel pintar,” katanya.
»»  ...