Tips Pertahankan Bisnis Ala Guy Kawasaki

Sebagian besar entrepreneur baru termasuk mungkin sebagian dari kita memulai usaha dengan semangat membara untuk sebanyak mungkin meraup rupiah, membukukan sebanyak-banyaknya keuntungan dan berekspansi dengan agresif. Namun, pernahkah kita bertanya apakah inti dari entrepreneurship itu?

Guy Kawasaki dalam paparan singkatnya menyatakan dengan lugas bahwa inti dari entrepreneurship itu bukanlah semata-mata semangat mencari keuntungan materi. Berikut kutipan dari Guy Kawasaki yang patut dicamkan bagi kita semua yang hendak mendirikan usaha:

“If you make meaning, you PROBABLY make money. But if you set out to make money, you WON’T probably make meaning and you WON’T make money.”

Dengan kata lain jika kita berusaha untuk membangun makna melalui usaha kita, ada kemungkinan kita bisa meraup untung. Sebaliknya bila kita terlalu fokus pada tujuan meraup untung, maka kita harus menghadapi 2 risiko sekaligus sepanjang mengelola usaha: tidak bisa membangun makna dan tidak bisa meraup untung.

Membangun makna dalam hal ini ialah memiliki misi untuk menjadikan dunia menjadi lebih baik. Misi ini tentunya lebih dalam dan jauh daripada hanya sekedar mencetak untung. Berikut ini merupakan tiga cara yang menurut Guy Kawasaki bisa ditempuh untuk membangun makna dalam entrepreneurship:

1. Tingkatkan kualitas kehidupan
Sebuah usaha yang memiliki kualitas kehidupan akan cenderung bisa bertahan dan berkembang daripada sebuah usaha yang hanya sekadar berorientasi profit.

2. Luruskan yang bengkok
Anda dapat memulai sebuah usaha dengan tujuan untuk membenarkan apa yang belum benar. Misalnya, kurang menggembirakannya minat baca di masyarakat bisa kita gunakan sebagai celah bisnis dengan menjual buku-buku bekas yang terjangkau.

3. Mencegah sesuatu yang baik dari kemusnahan
Saat Anda memulai sebuah usaha, temukan sesuatu yang baik namun terancam keberlangsungannya dalam waktu dekat. Misalnya menjaga ketersediaan lahan hijau di sekitar tempat tinggal Anda dengan membuka sebuah usaha pembibitan dan pembuatan taman dengan konsep yang unik dan berbeda.

Nah, jika Anda ingin membuka sebuah bisnis, saatnya Anda membangun pondasi yang kokoh bagi bisnis Anda di masa datang. Dan bagi Anda yang sudah memiliki bisnis, saatnya menggunakan saran Guy Kawasaki di atas untuk mengevaluasi arah usaha Anda.

Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk berinovasi. Pemulihan perekonomian global sedang berlangsung, dan bagi pihak yang sukses berinovasi akan berhasil menikmati growth di masa mendatang.

Yang menjadi pertanyaan besar bagi setiap bisnis adalah: bagaimana cara berinovasi yang tepat? Menurut Guy Kawasaki, seorang venture capitalist yang juga merupakan penulis yang sukses, berpendapat bahwa teori inovasi memang banyak, namun, banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan. Sehingga, ia me mengungkapkan sejumlah hal yang menurutnya benar mengenai inovasi:

1. Don't worry, be crappy.
Inovator tidak khawatir untuk meluncurkan produk yang inovatif dengan elemen kelemahan asalkan memang benar-benar inovatif. Inovasi pertama MacIntosh, misalnya jauh dari sempurna, tanpa hard disk, tanpa slot, dan warna. Jika perusahaan menunggu sampai sempurna, maka keburu tertinggal oleh pesaing Anda.

2. Churn, baby, churn.
Meskipun inovasi Anda awalnya lemah, namun jangan terus bertahan seperti itu selamanya. Perusahaan harus berusaha untuk terus meningkatkan produknya. Misalnya versi 1.0 kemudian 1.1, 1.2 dan seterusnya. Inilah yang menjadikan inovasi sebagai proses yang kontinu.

3. Don't be afraid to polarize people.
Kebanyakan perusahaan ingin membuat produk yang cocok untuk menarik bagi seluruh segmen. Namun, sebenarnya lebih baik jika produk Anda sesuai untuk segmen tertentu, dan jangan takut jika Anda membuat segmen lain tidak senang. Yang penting Anda fokus pada segmen pasar Anda

4. Break down the barriers.
Idealnya, semakin inovatif suatu produk, maka produk akan semakin mudah dijual. Nyatanya, semakin inovatif, maka hambatan yang harus Anda tembus akan lebih besar. Entrepreneur harus mengerti jika penerimaan pasar akan lebih lambat. Menurut Kawasaki, cara terbaik untuk mengatasi hambatan tersebut adalah membiarkan orang menguji inovasi tersebut, seperti mengunduh software dan mencobanya, test drive, dan sebagainya.

5. "Let a hundred flowers blossom."
Inovator haruslah fleksibel mengenai bagaimana orang menggunakan produk mereka. Avon, misalnya, menciptakan Skin So Soft untuk melembutkan kulit. Namun ketika para orang tua menggunakannya sebagai pengusir nyamuk, maka Avon tidak keberatan.

6. Think digital, act analog.
Thinking digital, artinya perusahaan seharusnya menggunakan perangkat digital seperti computer, situs, dan instrument lainnya untuk menciptakan produk yang bagus. Sementara, perusahaan harus bersikap analog juga, sehingga perusahaan harus inget bahwa tujuan inovasi adalah bukan membuat produk dan teknologi yang bagus saja, melainkan membuat orang senang.

Bagaimana dengan proses inovasi Anda?